|
Keceriaan di lokakarya PPG dalam jabatan karena tepuk dan nyanyian bersama guru-guru PAUD |
Lokakarya hari kedua masih menggunakan sistem yang sama dengan lokakarya pada hari pertama. Lokakarya hari kedua ini seluruh peserta PPG Dalam Jabatan dari semua Prodi dikumpulkan menjadi satu di ruang seminar yang berada di lantai 1 kampus 4 UAD. Peserta PPG Dalam Jabatan belum dikelompokkan menjadi tiap-tiap kelas karena pembahasan review modul masih sama. Yaitu review modul pedagogik.
Teknis pembelajaran pada lokakarya hari kedua pun masih sama. Peserta PPG Dalam Jabatan dikelompokkan ke kelompok kecil untuk mendiskusikan apa yang telah dipelajari, apa yang masih membingungkan dan harapan ke depan. Setelah ketiga hal itu didiskusikan, setiap perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusi. Apa yang disampaikan peserta ini akan mendapatkan tanggapan dari dosen pemandu kegiatan.
Mirip Cak Lontong
Kesan mendalam timbul ketika salah seorang guru dari prodi pendidikan bahasa Inggris maju kedepan mewakili kelompoknya. Laki-laki setengah baya ini maju ke depan tanpa teks. Dengan balutan gaya seperti Cak Lontong ini mengungkapkan fakta-fakta yang begitu ke dekat dengan dunia pendidikan. Fakta-fakta itu ditanggapinya dengan sederhana. Namun kesederhanaan ini berhasil menimbulkan gelak tawa dari seluruh peserta PPG Dalam Jabatan.
Guru di salah satu SMK swasta di Kota Magelang ini mengawali pembicaraannya dengan salam. Ia mengungkapkan cita-cita besarnya. Bapak ini ingin pensiun dengan memiliki mobil jumlahnya tiga. Akan tetapi harapan itu jauh dari apa yang ada karena beliau bekerja di salah satu sekolah swasta. Cita-cita ini sangat jauh karena hanya dapat sekitar 3 sampai 4 juta saja.
Bapak yang setiap harinya mengajar bahasa Inggris ini mengungkapkan kalau di dalam sekolah murid-muridnya manis seperti kucing. Walau murid-murid yang bersekolah di tempatnya mengajar sangat terkenal di kota Magelang karena seringnya tawuran sekolah. Bahkan sekolah kejuruan swasta ini memiliki jumlah murid terbanyak di kota Magelang.
Peserta PPG Dalam Jabatan semakin tertawa lebar ketika bapak ini menceritakan kalau menjadi seorang guru adalah sebuah kecelakaan. Ia mengungkapkan kalau dulu dirinya seorang mahasiswa yang pintar. Ia lulus dari sebuah kampus yang ada di Kota Magelang dengan IPK 3,41. Setelah itu ia sudah bekerja dan memiliki gaji yang besar. Namun kemudian kesasar menjadi guru di sekolah.
Bapak yang satu ini juga mengungkapkan harapannya yang lain dengan sangat polos dan lucu. Selain tidak terlalu berekspektasi dengan cita-cita pensiun, ia juga tidak terlalu berharap apakah nanti sertifikat pendidik yang diperolehnya setelah PPG ini akan berlaku untuk nya atau tidak. Ia sudah pasrahkan kepada Tuhan. Yang penting bisa mendapatkan ilmu dan menerapkan ilmu dari modul penilaian ke dalam pembelajarannya di kelas.
Ia juga mengeluhkan tentang murid-muridnya sering terlibat tawuran. Ia mengaku bahwa muridnya mudah diatur. Hanya saja sulit mengatur mereka kalau di luar sekolah. Ada juga istilah lucu dari teman sekelompok guru ini, bahwa murid-murid zaman sekarang itu tidak takut neraka dan tidak kepengen apabila diiming-imingi dengan surga. Susah ya. Hhha.
Kampus 4 UAD, Selasa, 2 Oktober 2018
Comments
Post a Comment