Episode kehidupan keluargaku kali ini sedang sedikit bersedih. Sudah lima hari ini hidung Rafi berlendir, batuk, dan suhu badannya cukup tinggi. Suhu badannya berkisar antara 37-40 derajat celcius. Bahkan kami juga sempat membawa Rafi ke IGD RSU Tidar Kota Magelang kemarin malam. Dokter IGD memberikan tindakan berupa nebulizer karena hidung Rafi mengeluarkan lendir yang menyebabkan kesulitan dalam bernapas.
Paska Nebulizer kondisi Rafi membaik. Wajahnya terlihat segar kembali. Ia kembali tertawa-tawa. Sempat juga bermain menggunakan helm pemadam kebakaran yang ada di RSU Tidar. Selanjutnya, pihak RSU Tidar memberikan obat rawat jalan berupa sanmol (drop) dan obat pengencer dahak.
Kejadian Rafi sakit bukanlah kali pertama. Rafi semenjak lahir sampai usianya 13 bulan pernah ditangani oleh beberapa dokter. Antara lain ditangani dr. Endardi, Sp.A. sebanyak sekali; dr. Isnu, Sp. A. menangani satu kali; sekali diperiksa dokter IGD; dan paling banyak diperiksa Prof dr. Sunarto, Sp.A.(K) sebanyak enam kali.
Berdasarkan informasi di atas, Rafi telah mengalami sakit sebanyak sembilan kali. Dengan kondisi terparah saat dirawat di RS Lestari Rahardja karena radang paru-paru dan yang paling ringan karena ada bentuk seperti luka di kukit kelopak mata. Sakit sembilan kali selama tiga belas bulan memberikan kesimpulan bahwa hampir tiap bulan Rafi mengalami sakit dan harus diperiksakan ke dokter.
Orang-orang tua yang hidup di masa lalu umumnya menganggap bahwa anak yang panas, masuk angin, atau sakit adalah sebuah pertanda bahwa ia sedang mengalami masa pertumbuhan dan akan menguasai keahlian baru.
Saya juga sempat percaya dengan anggapan di atas. Bahkan saya juga menganggap bahwa sakit merupakan hal yang wajar bagi anak kecil. Kemudian paska Rafi sembuh dari sakit, saya merasa bahwa sakit itu mudah di atasi. Sehingga tidak berimbas perubahan pada keadaan di sekitar Rafi.
Namun kali ini saya tersadar bahwa Rafi mengalami sakit rata-rata satu bulan sekali merupakan hal yang tidak wajar. Selain itu, dengan melihat frekuensi sakit yang dialami dan dengan interval yang terlalu dekat ini tidak bisa lagi merasa terlalu optimis.
Sebenarnya sikap terlalu optimis ini dapat ditindaklanjuti melalui upaya perubahan pada tindakan kepada Rafi dan lingkungan di sekitar Rafi. Ada sebuah ungkapan, "Kalau kita ingin hasil yang berbeda, maka harus dilakukan dengan proses dan tindakan yang berbeda pula". Artinya " khayal dong" kalau mau hasil yang lebih baik tapi tidak ada perubahan dan tidak mau berubah.
Akhirnya aku simpulkan, bahwa setelah sembuh dari sakit kali ini harus ada perubahan pada tingkat kesehatan Rafi. Frekuensi sakit harus lebih kecil lagi. Tidak ada lagi khayalan bahwa sakit merupakan "pertanda" kalau anak akan "tambah akal e". Oleh karenanya, menjadi hal yang sangat direkomendasikan untuk melakukan konsultasi gizi dan tumbuh kembang anak kepada ahlinya. Bukankah ada pak Untung, ahli gizi yang diakui di seluruh Indonesia dan tinggal di dekat kita?
Jam 01.36 WIB
Senin, 19 Maret 2018
Comments
Post a Comment