Cuaca mendung sore ini tidak menyurutkan semangat istriku untuk bersilaturahmi ke rumah Pak Untung S Widodo. Rumah Pak Untung tidak terlalu jauh dari tempat kami tinggal. Beliau pun sering shalat berjamaah di Masjid yang sama dengan kami. Istriku kali ini terlihat semangat sekali bertemu Pak Untung dalam rangka mengkonfirmasi kesediaannya menjadi pembicara di forum pertemuan Magelang Baby Wearer (MBW) bulan April 2018. Walau sudah purna tugas, nama Pak Untung di dunia kesehatan dan perkembangan anak sudah tidak asing lagi.
Dihimpun dari berbagai sumber. Sebelum purna tugas, Pak Untung merupakan peneliti senior di Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes). Pak Untung kini menjadi pengajar di Universitas Gajah Mada Yogyakarta sekaligus konsultan gizi yang pasiennya berasal dari seluruh Indonesia. Pak Untung mengenyam pendidikan di luar negeri, tepatnya di Davao, Filipina. Selain itu, beliau merupakan penggagas sekaligus pendiri Balai Penelitian Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (BP GAKI) Borobudur milik Kemenkes. Singkat cerita, gagasan pendirian BP GAKI ini berawal dari proposal disertasi S-3 beliau. Kini BP GAKI merupakan satu-satunya lembaga di Indonesia yang fokus pada gangguan akibat kekurangan iodium. Menurut literasi yang saya baca, kekurangan iodium dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak. Mulai dari keterlambatan kognitif sampai kelainan fisik. Sehingga gangguan akibat iodium sangat mendesak untuk diteliti dan dicarikan solusi.
Nasihat dalam Mengasuh Anak
Pak Untung mengetahui kalau saya kini mengajar di SDN Borobudur 1. Maklum saja, putra Pak Untung ada yang sekolah di SDN Borobudur 1. Selain itu, nama Pak Untung juga tercatat sebagai komite sekolah SDN Borobudur 1. Ia juga terang-terangan memuji bahwa SDN Borobudur 1 merupakan SD yang bagus. Sehingga tidak salah kalau dijadikan sebagai SD Unggul di Kecamatan Borobudur. Status sebagai SD unggul menjadi tantangan tersendiri.
Beliau berpesan kepada saya walau sibuk namun harus tetap memperhatikan tumbuh kembang anak. Beliau menceritakan banyak kasus tumbuh kembang anak yang ia tangani berasal dari perhatian orang tua yang kurang. Mulai dari kurangnya kasih sayang sampai kurangnya asupan gizi. Kekurangan asupan gizi mengakibatkan anak terlambat bicara, tinggi badan tidak optimal bahkan ada yang sampai kelainan mental. Semua itu akibat dari kedua orang tua yang sibuk bekerja.
Beliau juga bercerita bahwa suatu ketika ada seseorang yang berprofesi sama dengan saya. Ia konsultasi terkait tumbuh kembang kedua anaknya kepada Pak Untung. Namun ketika konsultasi, ia tidak membawa anaknya. Ia malah membawa asisten rumah tangga yang merawat kedua anaknya. Pak Untung menduga kalau dirinya diminta oleh orang ini untuk memberikan edukasi kepada asisten rumah tangganya terkait bagaimana cara menyediakan asupan gizi yang cukup untuk kedua anaknya.
Pak Untung menyayangkan, kenapa kedua anaknya dititipkan kepada asisten rumah tangga yang usianya masih sangat muda. Pak Untung ragu apakah asisten rumah tangga dengan usia semuda ini mampu mengasuh, memilih dan memberi makan dengan tepat. Selain itu, ketika orang tersebut diminta untuk membawa kedua anaknya agar diperiksa secara langsung dan diberikan terapi secara berkala. Sayangnya terang-terangan dijawabnya tidak sanggup karena kesibukan pekerjaan.
Orang tersebut sampai saat ini tidak membawa anaknya ke tempat Pak Untung. Ayah atau ibu dari anak yang hendak diperiksa ini ternyata tidak ada yang mau mengalah untuk menyisihkan sedikit waktu memeriksakan keadaan anaknya. Padahal Pak Untung juga telah memberikan saran bahwa kalau ia sibuk, ia dapat membayar orang yang dapat mengantar anaknya ke rumah Pak Untung saat jadwal konsultasi.
Pak Untung melalui cerita ini secara tidak langsung memberikan pesan kepada saya agar tidak mengesampingkan tanggung jawab mengasuh anak. Apalagi dengan alasan kesibukan pekerjaan. Bukankah kita dapat meminta izin sebentar kepada atasan untuk merawat anak kita. Pak Untung mungkin juga ingin mengatakan kepada saya bahwa kesibukan di SD unggul tidak melupakan tanggung jawab memperhatikan tumbuh kembang anak.
Secara terpisah, beberapa waktu sebelumnya, istri saya juga diberi nasihat oleh Pak Untung. Beliau mengungkapkan bahwa kedua orang tua harus memberikan perhatian yang sama kepada anak. Pemberian perhatian cukup melalui kegiatan sehari-hari. Misalnya mandi, menyuapi, membantu anak berjalan, dsb. Kegiatan-kegiatan tersebut harus dilakukan secara bergantian antara ayah dan ibu. Artinya kegiatan bersama anak tidak didominasi oleh salah satu pihak.
Nasihat memperhatikan tumbuh kembang anak melalui kegiatan bersama anak benar-benar saya catat. Saya merasa penyampaian nasihat yang terasa mengalir dan santai seperti ini sangat membekas di hati. Kalau pun mau dirunut, antara keluarga saya dengan keluarga Pak Untung memiliki hubungan keluarga. Tali kekeluargaan di antara kami berasal dari ikatan pernikahan kakak sepupu saya yang mempersunting ponakannya Pak Untung. Kami pun pernah melakukan perjalanan bersama dari Borobudur ke Pekalongan untuk menghadiri pernikahan putra dari adiknya Pak Untung yang tidak lain tidak bukan adik dari istri kakak sepupu saya. Sehingga saya meyakini nasihat untuk memperhatikan anak ini seolah berasal dari seorang “Pakdhe” kepada “Purunannya”.
Borobudur, 17 Maret 2018
Comments
Post a Comment