Saya bersama tiga guru yang lain dipanggil oleh ibu kepala SDN Borobudur 1. Ketiga guru yang dipanggil adalah bu Fatul, Bu Suci, Bu Tatiana dan saya sendiri. Pemanggilan ini dilakukan seketika setelah apel pagi. Kami berempat dikumpulkan di ruang kepala sekolah.
Ibu Kepala Sekolah membuka pertemuan ini dengan salam. Beliau berkehendak untuk diadakannya tambahan jam pelajaran untuk siswa kelas VI SDN Borobudur 1. Jam pelajaran tambahan ini akan dilaksanakan mulai pukul 06.30 WIB - 07.00 WIB. Sehingga tambahan jam pelajaran ini disebut jam ke-0 (ke-nol). Setelah mengetahui maksud pemanggilan ini, selanjutnya keempat guru ini disebut guru pembimbing jam ke-nol.
Bu Ninik selaku kepala SDN Borobudur 1 mengatakan bahwa kegiatan jam ke-nol ini pada awal pemberlakuannya sifatnya tidak wajib. Hanya diperuntukkan bagi siswa yang mau datang lebih awal. Sehingga bagi yang tidak berminat dengan jam ke-nol diperbolehkan untuk masuk ke ruang kelas jam 07.00 WIB.
Bentuk kegiatan jam ke-nol ini didesain cukup sederhana. Kegiatannya berupa pemberian latihan soal sejumlah lima sampai sepuluh butir soal. Soal yang diberikan sesuai dengan kisi-kisi Ujian Nasional 2018. Soal ditampilkan melalui LCD dalam rangka efisiensi waktu. Soal dapat berasal dari internet, foto dari buku bank soal, atau buat sendiri. Soal yang telah dikerjakan ini kemudian dikoreksi bersama sambil diadakan pembahasan.
Maksud dan Tujuan
Penyelenggaraan tambahan jam ke-nol ini memiliki beberapa maksud dan tujuan, diantaranya adalah:
1. Mengintensifkan waktu belajar siswa mengingat pelaksanaan USBN semakin dekat
2. Mempersempit kesempatan siswa melakukan hal-hal yang menyimpang
3. Menciptakan kondisi dimana siswa sadar akan tanggung jawabnya sebagai siswa kelas VI yang sebentar lagi akan mengikuti USBN
4. Meningkatkan pelayanan sekolah kepada peserta didik.
Pada akhirnya, tim pembimbing jam ke-nol berhasil membuat jadwal pelajaran sekaligus kelas yang akan dibimbing. Setiap guru pembimbing mendapat tugas tiga kali dalam enam hari kerja. Semua guru pembimbing mendapat jatah waktu mengisi di kelas VI A dan VI B. Selain itu, mata pelajaran yang diampu tidak dikhususkan pada satu mapel. Sehingga setiap guru pembimbing berkesempatan menyampaikan materi pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika dan IPA sesuai jadwal pembagian tugas.
Saya menyambut positif gagasan dari ibu Kepala Sekolah. Siswa kelas VI harus berbeda dengan siswa kelas lain, terutama dengan kelas di bawahnya. Kalau kelas VI diperlakukan sama, mereka akan merasa sama dengan adik-adik kelasnya. Dengan arti, tidak ada beban lebih sebagai siswa yang akan menghadapi ujian yang menentukan masa depan dirinya. Yang terpenting, perlakuan yang berbeda memiliki maksud agar siswa kelas VI menyadari bahwa mereka harus "prihatin" dalam menghadapi USBN.
Borobudur, 14 Maret 2018
Comments
Post a Comment