Sudah hampir dua tahun saya meninggalkan dunia bisnis. Banyak yang bertanya bagaimana nasib bisnis saya dulu. Hehe semua bisnis saya tinggalkan karena saya ingin fokus pada pembinaan rumah tangga. Kini situasi sudah stabil dan kondusif. InsyaAllah 2019 menjadi tahun bagi saya untuk berbisnis kembali.
Ini juga menjadi tulisan pertama setelah sekian lama malas mengulas soal bisnis dan bisnis. Sebelumnya tulisan saya banyak membahas tentang pendidikan, profesi keguruan, penelitian, gaya hidup, dsb. Namun dari sekian banyak bidang pembahasan, bisnis tak pernah tersentuh.
Padahal pengalaman bisnis saya cukup panjang. Saya pernah berbisnis menyewakan "alat tulis" ketika tes seleksi masuk SMP dulu. Pernah juga berjualan artikel potongan koran untuk tugas kliping ketika SMP. Ketika SMA pun pernah berjualan pulsa.
Kuliah berbisnis dalam bidang "keilmiahan". Menulis, lolos seleksi, dapat proyek dan sisa dana jadi keuntungan. Lulus kuliah pernah berbisnis beternak burung jenis "Finch", kaos suporter bola bahkan mesin tetas. Namun sebelum melirik burung, ayam menjadi hewan yang aku lirik untuk berbisnis. Kala itu aku berbisnis membesarkan ayam bekisar. Walau semuanya mati tak bersisa.
Pernah juga berbisnis membantu peternakan lebah milik keluarga. Berbisnis madu dan produk perlebahan lainnya. Ikut migrasi menggembala lebah mengikuti musim bunga pakan lebah. Berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya.
Ada juga pengalaman pada bisnis pembuatan kurma coklat. Selain itu juga berbisnis menjadi konsultan penelitian bagi guru. Puncaknya memberanikan diri berbisnis properti dengan meninggalkan jaminan di bank konvensional. Walau akhirnya harus terseok-seok memenuhi kebutuhan hidup.
Akhir tahun 2017 pun pernah mendorong-dorong istri untuk berjualan baju. Mulai dari setelan blus, gamis, jilbab, baju anak, dsb. Setelah itu mendorong istri untuk berjualan peralatan rumah tangga berbahan plastik dengan brand Golden Sunk*st.
Hasrat Bisnis
Hasrat bisnis muncul kembali karena dorongan dari nurani. hari Ahad yang lalu (23/12/2018) mengantar istri membuka stand di kegiatan Silaturahmi Keluarga Besar Muhammadiyah (SKBM) Kabupaten Magelang di Lapangan Tembak Salaman. Kala itu hasrat bisnisku meninggi. Teringat betapa serunya dulu ketika mengikuti orang tua berjualan madu dari satu pameran ke pameran daerah lain.
Yah dorongan yang memuat rasa rindu ini yang membawaku untuk terjun ke dunia bisnis kembali. Saya berencana tahun 2019 akan memulai kembali bisnis. Konsep bisnisnya sederhana, mencari harga barang yang semurah-murahnya untuk dijual dengan harga yang wajar.
Saya lebih menyukai istilah "harga yang wajar" karena lebih manusiawi dan tidak terlalu money oriented. Toh menjual dengan harga tinggi tidak menjamin akan mudah terjual. Karena tahap awal bisnis menurut saya harus menumbuhkan semangat bisnis di dalam jiwa. Menumbuhkan semangat bisnis dengan baik dan subur ada caranya. Yaitu dengan dipupuk menggunakan aktivitas menjual sebanyak-banyaknya. Agar terjual banyak di awal bisnis dengan brand yang belum terkenal tentu harus memasang harga yang wajar.
Sikap yang harus ditekankan dalam berbisnis adalah berani, tidak ambisius pada uang, dan sabar. Berani artinya berani melangkah memulai dan tidak malu-malu ketika berbisnis. Sikap tidak ambisius pada uang lebih pada upaya agar tidak terlalu terpaku hitungan untung-rugi. Hitungan untung-rugi yang terlalu sering hanya akan membawa pada "stress" kemudian lahir istilah "Kemrungsung".
Untuk mengatasi tantangan dua hal di atas, kuncinya ada pada SABAR. Menahan diri tidak menggunakan uang modal, sabar ketika sepi pembeli, sabar ketika barang dari supplier tidak sesuai. Dan yang paling penting diingat adalah sabar pada diri sendiri. Karena diri inilah yang memiliki dorongan hawa nafsu.
Ditulis langsung di blog, 25 Desember 2018 pukul 22.38 WIB.
Comments
Post a Comment