Emosi manusia sering berubah. Perubahan emosi disebabkan banyak hal. Bila dilihat dari sumbernya, perubahan emosi berasal dari dalam dan luar diri manusia. Perubahan emosi dari dalam diri dapat berupa perasaan tidak puas dan serba kurang.
Emosi negatif yang berasal dari luar diri biasanya dipicu dari hal hal yang tidak bisa dikendalikan. Kemacetan, cuaca buruk, dan tindakan orang lain menjadi contoh pemicu emosi dari luar diri manusia. Walau emosi negatif dari luar akhirnya ditentukan emosi yang ada di dalam diri. Karena bagaimanapun yang menentukan emosi seseorang adalah dirinya sendiri.
Perubahan emosi merupakan hal yang wajar. Perubahan emosi menjadi hal yang tidak wajar ketika berimbas negatif pada kehidupan seseorang. Hal negatif itu berupa gangguan dalam menjalin hubungan dengan orang lain dan rusaknya barang atau benda di sekitar.
Kerusakan-kerusakan tersebut berasal dari pelampiasan emosi yang tidak tepat. Emosi negatif sering disalurkan dengan ujaran berupa umpatan kotor atau ucapan yang tidak etis. Ujaran ini dapat berupa ucapan langsung ataupun dalam bentuk tulisan status di media sosial. Selain itu, emosi negatif juga merugikan ketika diiringi perusakan barang dengan cara dilempar, ditendang, atau dibanting.
Sekali lagi, semua cara di atas bukan teknik pelampiasan emosi yang tepat. Seseorang dapat melampiaskan emosi secara positif. Cara pelampiasan yang benar dalam dunia psikologi disebut katarsis. Istilah katarsis diawali dari pendapat filsuf Yunani, sokrates. Kemudian dipopulerkan oleh Sigmund Freud, ahli psikoanalisa.
Katarsis secara istilah diartikan dengan pemurnian atau pembersihan jiwa. Pembersihan jiwa dengan meluapkan emosi ke saluran yang tepat. Terdapat banyak cara dalam melakukan katarsis, antara lain menulis, berolahraga atau bermain teater. Namun, teknik katarsis yang direkomendasikan adalah menulis.
Menulis tidak memerlukan biaya yang tinggi. Menulis bisa dilakukan dimana saja kapan saja. Olahraga kadang memerlukan waktu luang yang longgar dan peralatan olahraga yang tidak murah. Begitu juga bermain teater seringkali membutuhkan rekan yang sesuai.
Menulis untuk katarsis dilakukan dengan cara mengungkapkan sebab-sebab emosi negatif terjadi. Kemudian menceritakan tindakan yang telah dilakukan ketika emosi negatif terjadi. Bahkan paska emosi negatif terluapkan juga perlu diuraikan dalam bentuk tulisan.
Biasanya setelah tulisan selesai dan dibaca ulang, akan ditemukan sebuah penilaian bahwa tindakan dalam menanggapi emosi negatif sudah tepat atau belum. Disini menulis berfungsi ganda selain sebagai katarsis juga sebagai media untuk evaluasi diri.
Penjabaran tentang evaluasi diri perlu ditambahkan dalam tulisan katarsis sebagai bentuk solusi atas emosi negatif. Evaluasi ini menjadi bekal menghadapi masa depan. Diharapkan tidak terjadi lagi pelampiasan emosi secara negatif sebab-sebab teridentifikasi. Renungkan tulisan kita, latih diri menghadapi berbagai kesulitan dan tantangan. Karena kebijaksanaan lahir dari pengalaman.
Comments
Post a Comment