Ujian itu hal biasa. Kata orang yang hidupnya enak-enak saja. Tapi ada juga orang yang hidupnya menurut kita tidak enak, tapi mengatakan kalau ujian itu enak.
Saya pernah beberapa kali mengalami kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM). Saya anggap kenaikan BBM seperti akhir dari dunia. Bahkan kenaikan BBM dianggap sebagai penyebab runtuhnya perekonomian masyarakat kecil.
Memang ini ujian. Terutama bagi orang seperti kita yang menggunakan BBM setiap hari. Saya juga menganggap bahwa kenaikan BBM akan sangat merugikan penjual BBM eceran.
Bisnis BBM eceran biasanya seperti ini. Penjual membeli pertalite di SPBU. Misalnya harga Pertalite di SPBU Rp 7.200, maka pertalite itu dijual secara ecer dengan harga Rp 8.000 per liter. Cara gampangnya, menggenapkan harga eceran berdasar harga SPBU.
Seketika BBM naik menjadi Rp. 7.800, "gak" mungkin pakai sistem genap menggenapkan. Karena laba yang diperoleh cuma 200 perak. Stres kah para pedagang eceran ini dengan kebijakan ini? Mengeluhkah dengan ujian kenaikan BBM seperti kita mengeluh?
Jawaban di lapangan ternyata tidak! Para pedagang memiliki komitmen untuk tetap pro dengan para pelanggannya. Mereka bahkan tidak menaikkan harga BBM ecerannya.
Kok bisa tidak rugi? Pedagang kecil menyesuaikan harga BBM di SPBU dengan harga ecerannya. Caranya dengan mengurangi takaran bensin yang dibungkus dalam botol-botol itu.
Apakah ini salah? tidak, kini pedagang bensin eceran itu tidak menjual dengan sistem liter. Namun dengan takaran botol. BBM yang ada di dalam botol yang entah ada berapa cc itu lah yang dijual dengan harga yang sama.
Sistem ini sah. Karena pembeli membeli BBM yang ada di botol tersebut tanpa menggunakan ukuran liter. Mereka membeli karena setuju dengan ukuran bensin yang ada di dalam botol tersebut.
Cerdas cara mereka menghadapi ujian. Ujian tidak perlu diratapi dengan kesedihan atau luapan emosi yang berlebihan. Namun, ujian diatasi dengan penyesuaian diri dan tindakan sebagai bentuk respon atas masalah yang terjadi. Jadi, yang diubah adalah tindakannya, bukan malah malah "ngrundel" tidak karuan.
Comments
Post a Comment