Setiap orang kini menggunakan energi listrik. Listrik digunakan untuk menyalakan lampu, menyalakan kipas angin, dan lain sebagainya. Listrik menjadi kebutuhan pokok bagi manusia modern.
Beberapa waktu yang lalu ibukota Indonesia, Jakarta mengalami pemadaman listrik. Banyak artikel dan berita yang menjelaskan dampak dari terhentinya pasokan listrik ke ibu kota. Bahkan ada sebuah perusahaan yang rugi sampai milyaran rupiah hanya karena listrik padam.
Setiap pihak membutuhkan listrik. Listrik menjadi penggerak ekonomi. Bila listrik terkendala, kerugian terbayang seperti yang sudah dijelaskan di atas.
Namun tidak juga bidang ekonomi yang rugi. Bidang pendidikan pun merugi. Walau kerugian di bidang pendidikan tak selalu diperhitungkan dengan uang.
Kerugian bidang pendidikan akibat listrik mati terletak pada terkendalanya proses belajar mengajar di kampus, sekolah, lembaga kursus, bahkan dinas pendidikan.
Warga SDN Borobudur 1 pun pernah mengalami kendala ketika listrik padam. Saat itu hari Senin dan harus menyelengarakan upacara bendera. Namun upacara bendera tidak berlangsung kondusif karena listrik padam dan pengeras suara tidak bisa digunakan.
Belum lagi ketika masuk ke ruang kelas. LCD di ruang kelas tidak bisa dinyalakan. Kipas angin juga tidak mampu digerakkan. Pembelajaran inovatif berbasis teknologi otomatis terhenti. Situasi belajar pun tidak efektif untuk ketercapaian tujuan pembelajaran.
Pemadaman listrik yang dilakukan oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN) lebih disebabkan karena kurangnya pasokan listrik. Pasokan listrik seringkali kekurangan karena kebutuhan listrik yang harus dipenuhi terlampau tinggi. Kebutuhan listrik masyarakat melebihi daya produksi listrik yang bisa dihasilkan.
SDN Borobudur 1 membuat gebrakan sebagai upaya mendukung PLN. Caranya dengan menghemat energi listrik. Tujuannya sederhana, agar pasokan listrik di masyarakat tidak mengalami kekurangan.
Memang gerakan ini tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan kekurangan pasokan listrik yang dibutuhkan. Namun SDN Borobudur 1 berupaya mendidik siswa-siswinya untuk senantiasa menghemat listrik. Harapannya dari proses pendidikan ini timbul kesadaran dalam memperlakukan energi listrik baik di sekolah , di rumah atau di masyarakat kelak di kemudian hari.
Cara sederhana yang dilakukan untuk menghemat energi listrik adalah stikerisasi sumber listrik dan saklar lampu yang ada di setiap ruangan. Tulisan ini menjadi pengingat bagi setiap warga sekolah agar senantiasa memperhatikan penggunaan energi listrik di sekolah.
Lampu ruangan dimatikan bila cahaya ruang terang. LCD dimatikan ketika sudah tidak terpakai. Dan yang paling penting, memastikan semua perangkat listrik telah dimatikan ketika pulang sekolah.
Semoga usaha ini dapat memberikan imbas positis bagi penghematan energi listrik di Indonesia. Mengurangi dna menghemat energi listrik bukan berarti pelit. Namun sebagai upaya pendidikan kalau menggunakan listrik itu bila perlu saja.
Comments
Post a Comment