Berita pelajar keracunan makanan sering mewarnai media massa. Mulai yang sekedar mengeluh pusing atau muntah sampai yang berujung kematian. Pelajar harus dibekali pengetahuan tentang makanan sehat. Sekolah pun harus melakukan tindakan pencegahan.
Bekal pengetahuan akan jajanan sehat selalu didengungkan oleh berbagai pihak. Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan sering menghimbau pihak sekolah untuk mengajarkan apa itu makanan sehat. Sekolah melalui guru sebenarnya sudah menyampaikan pengetahuan ini kepada siswa-siswinya.
Muatan kurikulum juga telah menyentuh pengetahuan akan makanan sehat. IPA dan PJOK menjadi pintu untuk mengajarkan pengetahuan tentang makanan sehat. Ciri makanan sehat, dampak makanan tidak sehat adalah beberapa contoh materi yang diajarkan.
Pengajaran tentang makanan sehat tidak bisa mempengaruhi perilaku peserta didik dalam mengkonsumsi makanan. Pengetahuan pentingnya makanan sehat kalah dengan para pedagang yang ada di sekitar sekolah. Banyak peserta didik tergoda mencicipi dan mengkonsumsi makanan yang dijual.
Padahal tidak semua makanan yang dijual pedagang di sekitar sekolah memenuhi kriteria makanan sehat. Ada makanan yang pembuatannya tidak higienis. Ada juga makanan yang bahan pembuatannya tidak jelas. Semua dibuat semenarik mungkin dengan mengesampingkan aspek kualitas.
Pihak sekolah kewalahan menghadapi pedagang nakal seperti ini. Sosialisasi dari sekolah tentang makanan sehat kepada para pedagang sudah sangat sering dilakukan. Sekali dua kali kapok, tapi pola makanan tidak sehat muncul kembali.
Akhirnya, sekolah kembali bekerjasama dengan wali murid. Wali murid diminta membekali anak makanan yang sehat. Bekal ini dikemas dalam tempat plastik yang ramah anak.
Guru memimpin siswa-siswa untuk makan bekal bersama. Makan bekal bersama dilakuka n di ruang kelas ketika jam istirahat. Sering juga guru melakukan program barter bekal. Agar semua siswa merasakan dan berlatih berbagi satu sama lain.
Siswa-siswi mencuci tempat makannya sendiri-sendiri. Tujuannya melatih kemandirian dan tanggung jawab siswa. Prosesi makan bekal dan cuci tempat makan ini menghabiskan waktu istirahat. Sehingga siswa tidak berkesempatan jajan di luar sekolah.
Pada akhirnya, banyak pihak yang mengapresiasi langkah ini. Dampaknya, tingkat ketidakhadiran siswa menurun drastis. Hal ini meningkatkan kepercayaan masyarakat bahwa SDN Borobudur 1 mampu memfasilitasi makanan sehat bagi putra-putrinya.
Comments
Post a Comment