Kelopak mataku berat terbuka. Seperti ada lem-G yang melekat di kedua kulit yang melindungi mata ini. Kucoba buka dengan sekuat tenaga. Mulut ini menyeringai karena saking beratnya. Lalu muncul dengan jelas kerutan di keningku.
Suara adzan bersahutan dengan kokok ayam jago. Aku yakin kalau sudah pagi. Seperti biasa, berat sekali badan ini untuk bangun. Konon katanya karena dikencingi setan.
Aku tidak peduli dengan setan atau apa. Yang jelas, walau mata ini berat, kupaksa ia untuk terbuka. Tanganku meraih HP yang berada di depanku. Oh ada pesan WA masuk. Isinya pengumuman hasil seleksi.
Inilah yang kutunggu-tunggu empat hari ini. Seketika ku buka. Kucari namanya. Namun tidak ada. Kupaksa mataku terbuka. Kucari lagi dari atas ke bawah. Tetap saja tidak ada.
Dari sisi perasaan, tidak ada rasa kecewa terhadap hasil ini. Karena sejak awal hanya ingin "test the water." Menguji punya jalu tidak disini. Kalau berhasil ya taring dan jalunya tajam. Bila tidak ya sebaliknya.
Kini evaluasinya bukanlah pada pihak di luar diri. Karena sesuatu yang berada di luar diri ini tidak ada kendali atasnya. Akan tetapi ada kenyataan yang pasti, yaitu akulah yang sebenarnya belum bertaji dan bertaring. Buktinya lagi, kemarin aku masih merengek pada pihak di luar diri. Jadi, yang kubutuhkan saat ini adalah menajamkan taring dan taji yang kumiliki.
Mumpung masih muda. Berusahalah, wahai diri. Gunakan waktumu untuk mengubah potensi menjadi kekuatan. Jangan sampai ada sesal di tua nanti.
Puisi karya Ali Hasjmi kukutip secara lengkap. Melalui puisi "Menyesal," semoga tidak ada sesal di antara kita. Kutipan puisi ini patut kau renungkan.
Maksimalkan masa mudamu, kawan!
Menyesal
Karya: Ali Hasjmi
Pagiku hilang sudah melayang,
Hari mudaku sudah pergi
Kini petang datang membayang
Batang usiaku sudah tinggi
Aku lalai di hari pagi
Beta lengah di masa muda
Kini hidup meracun hati
Miskin ilmu, miskin harta
Ah, apa guna kusesalkan
Menyesal tua tiada berguna
Hanya menambah luka sukma
Kepada yang muda kuharapkan
Atur barisan di hari pagi
Menuju arah padang bakti.
Borobudur, 21 Februari 2020
Comments
Post a Comment