JEDDDEEER. Saya mendapatkan kenyataan sebagai penderita Covid-19 pada Jumat (18/06/2021) siang. Hasil ini saya peroleh setelah hasil rapidtest antigen menunjukkan strip dua. Walau sebenarnya strip yang kedua terlihat samar-samar. Jujur saja, saya tidak terlalu percaya dengan hasil test ini.
Cerita ini berawal setelah saya "ngambruk" selama tujuh hari. Saya mengalami demam, pusing, dan badan terasa sangat lemas. Rasanya hanya ingin tidur saja. Saya "ngambruk" seketika sampai rumah setelah bepergian dari Kupang, Nusa Tenggara Timur.
Tujuh hari "ngambruk" alias bedrest ini membuat orang-orang terdekat saya khawatir. Kekhawatiran semakin menjadi setelah istri dan anak-anak mengalami demam dan batuk. Ibu saya mendesakku untuk melakukan swab.
Awalnya saya enggan untuk swab. Sebab saya sudah melakukan tes Covid-19 dengan GeNose. Saya GeNose dua hari yang lalu. Tepatnya pada Rabu (16/06/2021) di RS Harapan Kota Magelang. Hasil GeNose pun negatif.
Saran ibu untuk swab saya lakukan setelah melihat anak kedua saya sakit. Saya tidak tega melihatnya demam disertai batuk terus-menerus. Sementara itu, ada informasi kalau GeNose masih menjadi perdebatan banyak ahli. Terutama kemampuan GeNose dalam mendiagnosa apakah seseorang positif Covid-19 atau tidak.
Keputusan Rapid Test Antigen
Saya sengaja tidak melaksanakan shalat Jumat di masjid. Alasannya karena kondisi demam yang saya alami. Lantas saya menuju ke Rumah Sakit Syubbanul Wathan yang ada di Tegalrejo, Magelang.
RS Syubbanul Wathan merupakan salah satu rumah sakit di Magelang yang melayani rapid test antigen sewaktu-waktu. Banyak klinik dan rumah sakit di Magelang yang hanya melayani rapid test di waktu-waktu tertentu. Bahkan "lucunya" rumah sakit pemerintah yang menjadi rujukan Covid-19 hanya melayani rapid test antigen setiap pukul 10.00 WIB setiap harinya.
Saya di-rapid test bebarengan dengan satu orang lainnya. Satu orang ini merupakan bapak-bapak. Rumahnya di kecamatan Pakis. Alasannya, rapid test antigen sama seperti saya. Sama-sama ingin memastikan ada virus Corona di tubuhnya tidak. Selain itu, kami sama-sama baru pulang bepergian dari luar kota.
Rapid test antigen berjalan lancar. Kami berdua mengobrol sembari menunggu hasil. Hasil bapak ini lebih dulu muncul. Ia sudah dipanggil resepsionis untuk mengambil hasilnya.
Saya pun bertanya. Mengapa hasil saya belum diberikan padahal saya di-swab lebih dulu dari bapak ini? Resepsionis ini dengan ramah memberikan penjelasan. Hasil swab antigen saya akan diserahkan langsung oleh dokter.
Jedddeeer, saya langsung menduga. Wah hasilnya strip dua ini. Saya sudah sangat yakin hasilnya pasti positif.
Penjelasan Dokter
Dokter memanggil nama saya. Saya masuk ke ruangan khusus. Dokter yang usianya masih muda ini bicara basa-basi. Pembicaraan tersebut nampaknya sebagai pengantar untuk menyampaikan hasil rapid test.
Saya langsung saja bertanya. "Dok, hasilnya strip dua, ya?"
"Lho kok tahu, mas. Kok tahu juga kalau spesimen strip dua hasilnya positif?"
Saya tahu kalau strip dua hasilnya positif ketika melakukan rapid test di Hotel Aston Kupang, Nusa Tenggara Timur. Waktu itu saya melihat spesimennya langsung. Perawat waktu itu juga menjelaskan arti strip satu dan strip dua.
Kembali ke penjelasan dokter RS Syubbanul Wathan. Ia mengatakan kalau strip dua yang dihasilkan masih sangat samar. Stripnya tidak tegas dan tidak jelas. Strip kedua yang seperti ini tetap dikatakan positif Covid-19.
Dokter menjelaskan kalau ada kemungkinan virus baru mulai menyerang. Tapi ada kemungkinan juga virus sudah berhasil dikalahkan oleh antibodi. Dalam hal ini, perlu ada tes lanjutan untuk mengetahui bahwa Covid-19 baru hinggap atau sudah mereda di dalam tubuh saya.
Dokter menyarankan untuk dilakukan Swab PCR. Swab PCR akan menunjukkan "level" Covid-19. Swab PCR akan memperlihatkan berapa "CT-nya".
Simpulannya, saya positif Covid-19. Walau saya masih kurang percaya dengan hasil tersebut. Sebab strip kedua menunjukkan garis samar-samar. Saya harus melakukan tes lanjutan untuk menemukan kebenaran ini.
Cerita selanjutnya akan saya bahas swab PCR yang saya lakukan. Saya ceritakan pula beberapa alasan mengapa saya tidak melakukan swab PCR di Puskesmas. Simak terus blog ini ya.
Rahma Huda Putranto
Penyintas Covid-19 yang tidak mudah percaya
Lanjutan cerita pcr nya mana mas
ReplyDeleteSama mirip
ReplyDeleteSaya juga baru kemarin antigen hasilnya 2 garis samar
ReplyDelete