Featured Post
- Get link
- X
- Other Apps
Taking Responsibility, Salah Satu Kompetensi yang Dibutuhkan di Masa Kini
Ada empat istilah baru yang saya dapatkan ketika membaca Peraturan Dirjen GTK tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Program Pendidikan Profesi Guru bagi Guru Dalam Jabatan yang diangkat sampai akhir tahun 2015. Keempat istilah itu adalah transformative competencies, creating new value, reconciling tensions and dillemas dan taking responsibilities.
Keempat kompetensi di atas merupakan kompetensi yang sangat penting dimiliki pada masa yang akan datang. Beberapa kompetensi ini dikembangkan oleh OECD. OECD merupakan singkatan dari Organization for Economic Co-operation and Development. OECD memuat empat komponen tersebut dalam Learning Compass 2030.
Tulisan kali ini hanya akan membahas satu kompetensi. Ini pun berkaitan dengan kejadian yang sedang saya alami. Merujuk pada dokumen Perdirjen, dijelaskan bahwa taking responsibility terkait dengan kemampuan untuk merefleksi dan mengevaluasi tindakan sendiri berdasarkan pengalaman dan pendidikan dengan pertimbangan kepentingan dan kemanfaatan yang lebih besar dari berbagai sudut pandang.
Taking responsibility sebenarnya dapat diartikan dengan kata "mengambil tanggung jawab." Pengambilan tanggung jawab disini membutuhkan kemampuan refleksi dan evaluasi tindakan yang telah dilakukan.
Merefleksi berarti berkaca. Berkaca atas tindakan diri dalam rangka evaluasi. Refleksinya disesuaikan dengan apa yang pernah dialami dan dikombinasikan dengan pendidikan yang diperoleh. Tujuan tindakan ini adalah untuk meraih kepentingan dan kebermanfaatan yang lebih besar.
Saya mencoba untuk menerapkan taking responsibility. Terutama berkaitan dengan proyek yang sedang saya lakukan. Saya saat ini sedang menjalankan peran sebagai guru pamong PPG Dalam Jabatan.
Saya mengambil peran ini karena ada kemungkinan bahwa kegiatannya dapat dilaksanakan di luar jam kerja. Namun, ternyata PPG Dalam Jabatan membutuhkan perhatian ekstra. Waktu 24 jam bisa benar-benar habis. Bahkan tidak cukup.
Saya pun merefleksikan pengalaman ini. Ternyata tidak hanya kali ini saya mengalami kejadian seperti ini. Agenda padat. Jadwal saling bertumpukan meminta prioritas. Lantas, apa yang saya lakukan ketika hal ini terjadi?
Saya mencoba untuk menginvestarisasi seluruh kegiatan dan kebutuhannya masing-masing. Baru kemudian saya agendakan dalam bentuk kapan saya akan mengerjakannya. Terakhir, fokus.
Setiap kegiatan membutuhkan fokus. Perhatian tidak boleh terpecah. Satu waktu hanya mengerjakan, memikirkan dan menyelesaikan satu bidang kerjaan. Sebab, kapasitas otak manusia tidak seperti komputer. Otak manusia tidak bisa melakukan berbagai proses dalam sekali waktu.
Saya rasa inilah refleksi "taking responsibility" yang perlu saya tetapkan. Memang, setiap kejadian perlu dipikirkan. Agar tidak terjebak pada kebingungan. Kebingungan biasa terjadi karena ruang berpikir yang sempit. Kita perlu membuka ruang pikiran dengan merefleksikannya kembali.
Borobudur, 10 Agustus 2022
- Get link
- X
- Other Apps
Comments
Post a Comment