Featured Post
- Get link
- X
- Other Apps
Program Muhammadiyah Perlu Ditulis
Saya tetap beranggapan Muhammadiyah perlu membuat program. Ini bertentangan dengan “pola” organisasi yang ada di cabang saya. Saya tidak menemukan satupun dokumen yang berisi tentang perencanaan program.
Meskipun saya selalu berpikir positif. Bahwa “program” persyarikatan di cabang tempat saya bernaung ini sudah “tertulis” di kepala bapak-bapak pimpinan. Para senior sudah memiliki gambaran yang sangat jelas akan program dan sedang menjalankannya. Maka secara tidak sadar, sebenarnya saya yang hanya anggota biasa ini sedang mengikuti dan melaksanakan program yang digariskan. Hanya saja program itu tidak dituangkan dalam bentuk dokumen yang bisa dibaca, dikaji, dan dipahami oleh setiap orang.
Kalau prasangka baik saya di atas terbukti benar, maka saya sangat berterima kasih. Pimpinan tidak membebankan hal-hal terkait “program” kepada kami. Para senior ini ingin meringankan beban kami. Dengan mengatakan cukup lakukan apa yang kami perintahkan.
Sekali lagi, kalau prasangka baik di atas memang sungguh-sungguh terjadi, maka pihak-pihak yang berada di bawah naungan pimpinan perlu memiliki keahlian khusus. Nama keahlian/keterampilannya adalah kebatinan. Selain itu perlu juga keterampilan tentang membaca pikiran orang. Dengan kekuatan mata batin, kita dapat mengetahui “program” yang berada di kepala pimpinan.
Membaca pikiran pimpinan bukan sesuatu yang rasional. Saya berani menyebutnya tidak masuk akal. Siapa yang bisa membaca pikiran dengan tepat? Lha wong suami-istri yang sudah hidup bertahun-tahun belum tentu bisa membaca pikiran pasangannya dengan benar. Apalagi pimpinan persyarikatan yang ketemu bawahannya tidak setiap hari.
Sampai disini kita dapat membaca betapa pentingnya program yang ditulis. Program yang dituangkan dalam satu bentuk jalinan komunikasi. Program ini hendaknya dituangkan dalam bentuk tulisan yang jelas dan dapat dibaca. Kejelasan ini penting. Tujuannya untuk meminimalisir pemahaman yang keliru dari pembacanya. Harapannya antara si pembuat program dan pelaksana program memiliki gambaran yang sama. Hal ini lebih menghemat energi dan waktu.
Tidak terbayang jika mau melaksanakan program saja kita perlu meraba-raba pikiran pimpinan. Membaca pikirannya saja membutuhkan waktu dan energi lebih. Eh, kalau salah tafsir pikiran. Pimpinan bisa berpikir macam-macam terhadap kita.
Maka sampai disini, perlu adanya program dalam persyarikatan yang tertulis. Dimana program tersebut dapat dibaca oleh orang-orang. Tidak terjadi bias makna. Langsung dapat dilaksanakan bahwa dievaluasi. Tentu pengevaluasian ini dilakukan agar program tersebut dapat tepat guna. Untuk meminimalisir kesenjangan antara “bayangan” program dengan “realita” di lapangan.
Tulisan selanjutnya akan mengupas tentang bagaimana cara membuat atau merumuskan program.
Rahma Huda Putranto
- Get link
- X
- Other Apps
Comments
Post a Comment