Ini adalah tulisan bagian kedua yang
saya tulis dengan metode menemu baling di depan istriku yang sedang menyaksikan
sebuah film di sinema indonesia. Film tersebut berjudul "Kejarlah Daku Kau
Kutangkap". Di sela ia
menonton TV, saya minta istriku untuk mencoba mem-baling. Kuminta ia mencari
sebuah informasi di internet, kemudian dimasukkan ke aplikasi baling. WOW!
Istriku kaget, ternyata teksnya bisa berbicara sendiri!
Memang benar, saya setelah mengetahui
Menemu Baling ini. Saya seperti
kecanduan menulis. Saya tidak tahu,
apakah menemu baling ini adalah candu. Namun parahnya lagi, saya seperti orang "kenthir"
karena berbicara sendiri di depan HP. Melalui Menemu Baling ini saya menemukan
sebuah kepraktisan. Saya seolah menemukan jalan pintas. Karena selama ini
obsesi intelektual saya sering "mandeg" karena kondisi tubuh yang
tidak mau diajak kompromi untuk sekedar menggerakkan jari di atas tombol keyboard.
Padahal kondisi pikiran masih fresh dan semangat sekali kalau hanya “sekedar” diajak menulis.
Lanjutan
sambutan
Saya ingin melanjutkan sambutan dari
bapak Rahayu tadi pagi. Beliau mencoba menghubungkan generasi kita dengan
generasi anak-anak kita. Teori
generasi membagi gen manusia menjadi generasi baby boomer, generasi Y, Generasi
X, dan Generasi Z. Berikut merupakan
gambar yang ditampilkan dalam sambutan ini.
Generasi ini
memiliki semangat yang berbeda, cara belajar yang berbeda, dan belajar hal yang berbeda. Oleh karenanya kita harus mampu mempersiapkan
peserta didik agar bisa hidup di zamannya. Sekali lagi, pendidikan adalah mempersiapkan masa depan.
Guru tidak
bisa lagi memotivasi anak-anak
generasi ini dengan cara-cara seperti zaman ketika guru menjadi siswa dulu. Guru
tidak bisa juga menyuruh anak gerasi Y ini belajar seperti apa yang guru pelajari dulu. Guru juga tidak bisa memaksa
mereka belajar dengan cara-cara seperti guru dulu.
Sambutan dari Plt Kepala P4TK Seni dan Budaya
Beliau
menceritakan bahwa anak generasi emas hanya bisa dilahirkan dari orangtua emas. Anak emas itu pun diciptakan melalui proses modeling. Jadi plt kepala P4TK Seni dan Budaya bercerita bahwa ketika
kecil dulu, beliau mengajarkan
bahwa hadiah terbaik adalah tulisan.
Tulisan merupakan
hadiah terbaik karena tidak ada duanya di dunia ini. Perkara tulisan itu baik atau buruk, yang penting kita selalu mau berproses. Sehingga modal utama dari menulis adalah keberanian. Selanjutnya adalah materi utama dari Mampuono kandidat doktor bidang bahasa Inggris
dari Universitas Negeri Semarang. Dia menceritakan bahwa
beliau bisa berprestasi karena “kebetulan” saat itu terjadi
pertemuan antara kesempatan dan kesiapan.
Comments
Post a Comment