Rumah Sakit Jiwa Prof. dr. Soerojo merupakan salah satu lembaga yang berwenang menerbitkan surat keterangan sehat rohani atau jiwa. Biaya pemeriksaan rohani/ kejiwaan tergantung paket pemeriksaan. Paket pemeriksaan rohani ini bisa dikonsultasikan dengan perawat yang bertugas di poli psikologi. Sehingga sebelum pemeriksaan kesehatan jiwa, biasanya perawat yang melayani akan menanyakan untuk apa surat kesehatan jiwa ini. Sehingga perawat akan memberikan saran mengenai jenis paket pemeriksaan yang dibutuhkan. Saran ini biasanya disesuaikan dengan pekerjaan atau pihak yang meminta adanya surat kesehatan rohani ini.
Surat keterangan sehat rohani kali ini saya butuhkan untuk persyaratan PPG dalam jabatan tahun 2018. Sehingga saya disarankan untuk pemeriksaan jiwa lengkap dengan biaya Rp 348.000. Ditambah dengan biaya pendaftaran maka saya harus membayar Rp 358.000.
Biaya ini tidak berubah ketika pertama kali saya periksa kesehatan jiwa di RSJ Prof. dr. Soerojo. Perlu diketahui, saya telah melakukan tes kesehatan jiwa lengkap ini 3 kali. Yang pertama pada tahun 2015, kedua 2016 dan kali ini 2018. Sampai perawat poli psikolog ini berkomentar, "wah, lulus terus ya mas!".
Kembali ke biaya. Biaya untuk menerbitkan surat kesehatan rohani tidak semudah dan semurah surat kesehatan jasmani yang biasa disebut kir dokter.
Biasanya Kir dokter hanya butuh periksa tensi, buta warna, tinggi dan berat badan saja. Namun tes kesehatan jiwa berbeda. Peserta yang akan memeriksakan kesehatan jiwanya dimasukkan ke dalam sebuah ruangan yang di setting seperti ruang kelas.
Pemeriksaan di ruang ini dipandu oleh seorang perawat. Adapun permintaan dan teknis pemeriksaan kesehatannya seperti ini:
Pertama, peserta diberi kertas hvs berwarna putih dengan posisi berdiri. Kemudian diharuskan untuk menggambar orang secara utuh dan kemudian dideskripsikan.
Kedua, kami diberi kertas lagi dan diminta untuk menggambar pohon berkayu keras bukan pohon kelapa, pohon jati, pohon randu, dsb. Dan penggambaran pohon ini dilakukan dalam posisi kertas potrait. Setelah selasai, gambar pohon dideskripsikan dengan tulisan singkat.
Ketiga, menggambar orang, pohon dan rumah dalam satu kertas dengan posisi landscape. Setelah selesai digambar, gambar ini dideskripsikan.
|
tes keempat, meneruskan pola gambar, nama ilmiahnya wartegg test |
Keempat, menggambar dengan melanjutkan pola gambar yang sudah ada. Pola gambar ini jumlahnya 8 yang masing-masing pola digambarkan dalam satu kotak. Pola yang ada di kotak tersebut ada yang titik saja, ada yang hanya garis lurus, bahkan ada yang garis melengkung.
Berawal dari sebuah pola, peserta tes diharuskan mengembangkan pola tersebut menjadi sebuah gambar. Apabila menggambar sudah selesai, di setiap pojok kotak diberi nomor urut. Nomor urut disesuaikan dengan urutan gambar yang dibuat.
Di bawah kotak kotak itu kemudian diberi keterangan singkat mengenai gambar yang dibuat. Kemudian diberi catatan di baris belakanh judul, dengan huruf M untuk gambar yang paling mudah dibuat. Huruf S untuk gambar yang paling susah. Serta diberi simbol (+) mana vambar yang paling disukai dan (-) untuk gambar yang paling tidak disukai.
Kelima, Tes Intelegensia Umum (TIU), menebak gambar.
Dalam lembaran tes ini terdapat 20 gambar yang dalam waktu 7 menit harus selesai. Karakter soalnya adalah ada soal didahului oleh dua pola gambar. Peserta harus mengetahui perubahan pola gambar ini. Kemudian peserta tes menjawab gambar lanjutan sesuai dengan pola perubahan pada gambar yang pertama tadi.
Keenam, atau tes terakhir yaitu Tes MMPI (Minnesota Multiphasic Personality Inventory). Tersedia 350 butir pernyataan yang harus diselesaikan dalam waktu 1 jam dan akan ditoleransi selama 15 menit apabila belum selesai.
Pernyataan-pernyataan ini harus diaca satu-persatu. Pernyataan tersebut apabila sesuai dengan keadaan diri atau setuju dengan pernyataan tersebut maka simbol positif (+) di lembar jawab dibubuhi tanda silang. Namun apabila pernyataan tersebut tidak setuju atau tidak sesuai dengan diri maka tanda silang dibubuhkan pada simbol negatif (-).
Ketujuh, pemeriksaan langsung oleh psikiater atau dokter spesialis kesehatan jiwa. Uniknya ketika penulis melakukan wawancara dengan dokter spesialis kesehatan jiwa ini, tebakan dokter tersebut dengan perangai saya tepat. Dan pembacaan tersebut didasarkan pada karakreristik gambar yang saya buat.
Akhirnya, penulis bertanya-tanya, apakah hasil tes kesehatan jiwa seperti ini valid apabila orang yang dites sudah hafal dengan karakteristik dan mengetahui teknik asesmen seperti ini?
Magelang, 19 Januari 2018
Comments
Post a Comment