|
Ilustrasi grafik hasil tes MMPI/ Tes TKMI |
Penulis melakukan tes jiwa di RSJ Prof. Soerojo Magelang pada Jumat, 18 Januari 2018. Hasil tes kejiwaan dijanjikan untuk dapat diambil pada hari Senin, 22 Januari 2018. Namun karena suatu hal, maka saya mendelegasikan istri saya untuk mengambil hasil tes kejiwaan ini sesuai waktu yang dijanjikan oleh pihak rumah sakit. Namun, kejutan terjadi. Istriku menelponku. Dan menceritakan bahwa tes kejiwaan hasilnya invalid. Dan saya diharuskan untuk melakukan tes ulang.
Keharusan mengulang ini membuat saya bertanya-tanya Ada apa dengan diriku. Apakah ada kelainan jiwa atau karena ada kesalahan prosedur pemeriksaan, mengingat saat tes kejiwaan yang memandu adalah mahasiswa kedokteran dari Undip (mahasiswa koas). Memang saat tes kejiwaan, ada rasa ragu dalam hati melihat performance dari dokter koas yang bertugas memandu tes ini. Keraguan ini juga muncul karena selama 2 tahun terakhir aku melakukan tes kejiwaan dua kali di tempat yang sama dan selalu dilayani dengan baik oleh petugas pemeriksa kapasitas mental RSJ Prof Soerojo Magelang.
Kuputuskan untuk meluangkan waktu ke RSJ Prof. Soerojo Magelang untuk melakukan tes ulang. Sesampainya di tempat tes, saya meminta informasi kepada perawat yang bertugas mengapa saya harus melakukan tes ulang. Padahal teman-teman peserta tes yang berbarengan dengan saya tidak ada satu pun yang diminta tes ulang.
Perawat tersebut tidak bisa menjawab karena analisa tes kejiwaan berada ditangan dokter. Akhirnya saya mengikuti saran untuk melakukan tes ulang. Tes yang harus saya kerjakan kembai adalah tes MMPI. Hal ini aku lakukan semata-mata agar Surat Keterangan Sehat Jiwa itu bisa saya dapatkan hari ini juga. Mengingat hari ini adalah hari terakhir pengumpulan berkas bagi guru lulus pretes dari jenjang SD.
Pengerjaan tes MMPI kali ini selesai tidak sampai satu jam. Dalam waktu kurang dari satu jam ini aku berhasil menjawab 350 butir pernyataan. Pernyataan yang harus saya isi dengan setuju atau tidak setuju. Lembar jawab ini aku serahkan kepada perawat yang bertugas. Ia memintaku untuk menunggu kehadiran dokter. Karena dokter spesialis jiwa yang berwenang untuk menilai hasil tes MMPI ini.
Aku menunggu cukup lama. Seingatku 30 menit waktu yang aku habiskan untuk menanti pemeriksaan dokter. Akhirnya dr. Kornelis Ibrawansyah, M.Sc., Sp.KJ. datang. Beliau langsung memintaku untuk masuk ke ruangannya. Kemudian sebelum aku bertanya, dr. Kornelis Ibrawansyah, Sp.KJ. memperlihatkan hasil dari tes kejiwaan yang aku kerjakan hari Jumat kemarin.
dr. Kornelis Ibrawansyah, Sp.KJ. merasa heran mengapa skor validitas tes MMPI yang aku peroleh adalah 0. Sepenangkapanku dr. Kornelis juga mengatakan bahwa baru kali ini ia mendapatkan pasien yang memperoleh nilai 0 pada bagian "Sikap Terhadap Tes". Skor 0 apabila dikualitatifkan berarti tidak valid dan tidak dapat diinterpretasikan sama sekali. Ketidak validan ini berimplikasi pada perolehan skor 0 juga pada indikator yang berada pada deskripsi Indeks Kapasitas Mental, Profil Klinis, dan Indeks Kepribadian Dasar. Bahkan pada bagian "Kesimpulan dan Saran" tidak dapat diisi.
Aku pun menyampaikan pemikianku kepada dr. Kornelis Ibrawansyah. Bisa juga ketidak validan ini terjadi karena scanner tidak bisa membaca lembar jawab tes MMPI. Namun perkiraan tersebut terpatahkan karena dalam laporan hasil tes, sistem mengatakan bahwa "Responden mengisi seluruh tes dengan lengkap". Sehingga kesimpulan dr. Kornelis sampai pada keadaan jiwaku lah yang membuat hasil tidak valid. dr. Kornelis menduga bahwa saya sedang terlibat dalam konflik yang sangat pelik sehingga mempengaruhi hasil tes MMPI.
Adanya konflik yanh menganggu hasil tes MMPI juga ditunjukkan pada gambaran grafik yang ada di lembar kedua. Grafik tersebut menggambarkan banyak sekali titik-titik indikator tes kejiwaan yang berada di bawah garis rata-rata. Salah satu titik grafik tersebut disimbolkan dengan huruf DEP, yang setelah saya konfirmasi maksutnya adalah depresi. Walau ini bukan titik terbawah karena masih ada dua titik deskriptor yang berada di bawah titik DEP ini.
Dua titik yang berada jauh dibawah garis normal dengan skor 100 ini segera aku tanyakan kepada dr. Kornelis Ibrawansyah. Namun dia tidak bisa menjawabnya.
Langsung saja aku tanyakan solusi mengenai keadaan seperti. Karena saya sebagai orang awam selalu bertanya-tanya apakah orang yang mengalami hasil tes yang tidak valid tergolong orang yang mengalami gangguan jiwa. Namun dr. Kornelis hanya bisa mengatakan hal ini terjadi karena sedang ada konflik.
Setelah mentok tidak memperoleh jawaban yang memuaskan terkait pertanyaan apakah aku mengalami gangguan jiwa atau tidak. Akhirnua akku putuskan untum meminta advice (saran) kepada dokter Kornelis Ibrawansyah.
Saran yang aku peroleh berupa cerita yang terjadi di zaman rasul dulu. Ketika Rasul bersama para sahabatnya sedang berada di dalam masjid, Rasul bersabda bahwa setelah ini akan ada seseorang yang dijamin masuk surga masuk ke dalam masjid ini. Tak lama ada ada orang yang masuk masjid, yaitu seorang sahabat dari kalangan Anshor.
Sahabat-sahabat nabi yang berada di sekeliling nabi merasa penasaran dengan orang tersebut. Akhirnya ada salah seorang sahabat yang menginap bersama orang itu selama tiga hari tiga malam. Kesimpulannya, dia tidak menemukan orang yang dijamin masuk surga itu melakukan kegiatan ibadah yang istimewa, seperti sholat malam, puasa atau ibadah lainnya. Tapi mengapa dia bisa dijamin masuk surga oleh Rasul?
Jawaban dari dr. Kornelis Ibrawansyah adalah karena sahabat anshor itu adalah orang yang memaafkan. Memaafkan disini maknanya kemudian diperluas dengan dapat memaafkan diri sendiri maupun orang lain. dr. Kornelis Ibrawansyah berharap saya bisa mengambil hikmah dari cerita tersebut. Artinya saya bisa memaafkan penyebab konflik yang aku alami.
Akhirnya aku diasesmen kejiwaan dengan menggunakan instrumen gambar dan tes TIU ditambah observasi selama konsultasi. Ketika hasilnya aku peroleh, hasil penilaian adalah cukup, cukup, cukup, cukup, dan cukup. Penilaian selain cukup, aku peroleh di aspek IQ yang hasilnya sangat tinggi. Dan aku baru sadar, ternyata tes ulang MMPI yang baru saja aku selesaikan tidak dijadikan tolok ukur penentuan nilai hasil tes yang aku peroleh kali ini.
Ini hasil terburuk dari tes kejiwaan sebelum-sebelumnya. Hiburku dalam hati, toh ini tes sekedar formalitas agar aku bisa mendapatkan surat keterangan sehat rohani. Dan sampai sekarang hasil tes MMPI yang dinyatakan tidak valid ini masih aku simpan. Suatu saat nanti, bila Allah SWT mengijinkan, akan aku konsultasikan lembar rekam medis yang berisi laporan hasil tes MMPI ini kepada ahlinya.
Kramat, 22 Januari 2018.
Apakah ada perbedaan yg tercetak pada hasil jika tes dinyatakan valid dengan yg tidak valid?
ReplyDelete