Kali ini saya akan mengulas beberapa isi perbincangan antara saya dengan pak sulkhan. Namun sebelumnya perlu dijelaskan dulu siapa itu M. Sulkhan. Pak sulkhan adalah wakil ketua PCM Borobudur yang membidangi tabligh dan kader. Pria berputra empat anak laki-laki ini terpilih menjadi pengurus PCM pada taun 2016. Sehingga kepengurusan ini adalah kepemimpinan pertamanya di PCM, karena di kepengurusan sebelumnya duduk sebagai anggota majelis.
Saya mengenal beliau sejak ia pindah rumah ke dusun Jayan dan menjadi tetangga saya. Semakin intens hubungan kami ketika periode ini saya berada di Majelis Pendidikan Kader yang kebetulan berada di bawah koordinasi beliau. Pertukaran pikiran semakin sering terjadi. Baik di dalam ataupun di luar forum rapat majelis.
Yang paling saya sukai dari beliau adalah keaktifannya dalam membina majelis tabligh dan majelis pendidikan kader. Yang membuat saya salut adalah keberpihakannya pada "grassroot". Ia berani menyampaikan pemikiran-pemikiran kader Muhammadiyah yang tidak tergabung dalam PCM ke forum rapat PCM. Ini yang sulit saya temukan di antara pimpinan yang lain. Karena menurut hemat saya, kebanyakan pimpinan organisasi di luar sana hanya sekedar mengiyakan apa yang diinginkan penguasa.
Inspirasi dari Prof. Imam Robandi
Diskusi saya dengan beliau malam ini juga menghasilkan penilaian yang menguatkan sikap-sikap beliau itu. Pak Sulkhan bercerita mengenai pelajaran yang ia dapat ketika mendengarkan ceramah dari Prof. Imam Robandi (tokoh Muhammadiyah Kota Surabaya) ketika seminar di Muhammadiyah Boarding School Yogyakarta.
Dalam seminar ini diceritakan bahwa Prof Imam Robandi selalu menyampaikan kritik ke pimpinan Muhammadiyah di daerahnya. Prof. Imam Robandi tidak pernah takut dipecat dari kepengurusan Muhammadiyah karena kritik yang disampaikannya. Karena Prof Imam Robandi berpandangan kalau ingin berkontribusi untuk Muhammadiyah tidak melulu harus menjadi pimpinan atau pengurus persyarikatan. Menjadi anggota biasa pun bisa berkontribusi untuk Muhammadiyah.
Nampaknya pemikiran Prof Imam Robandi ini melekat kuat di ingatan Pak Sulkhan. Pak Sulkhan sadar, kalau kebiasaannya membela grassroot dapat membuatnya terpental dari kepengurusan PCM. Karena menurut penilaiannya, kebiasaan mengkritik seperti ini membuat beberapa tokoh Muhammadiyah Borobudur di periode-periode sebelumnya banyak yang terpental. Jadi, secara tidak langsung ia siap mundur ketika usulan-usulan dari grassroot ini tidak mendapatkan tanggapan yang baik. Selain itu ia siap berjuang di untuk Muhammadiyah dan Islam tanpa harus menjadi seorang pimpinan.
Terima kasih Pak Sul, keberanianmu membela grassroot dan kebiasaanmu menyelesaikan masalah dengan dialog langsung benar-benar menginspirasiku. Sepertinya generasi muda Muhammadiyah Borobudur perlu belajar darimu tentang semangat pembelaan kaum lemah terpinggirkan (mustadhafin).
Masjid Darul Ulum, 23 Februari 2018
Ditulis dari obrolan berdua, ketika rapat majelis tabligh dan kader tapi yang datang cuma pak sulkhan dan penulis. Obrolan ini berakhir setelah ada orang gila masuk ke Masjid Daarul 'Ulum.
Comments
Post a Comment