Setelah melalui perjuangan panjang. Akhirnya aku bersama keluarga kecilku berangkat juga ke Jogja mengikuti Seminar Nasional di Convention Hall UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (24/2/2018). Saya sebut perjuangan panjang karena untuk bisa mengikuti seminar ini harus berbagi waktu dengan agenda kondangan di beberapa tempat. Dengan lokasi kondangan yang berjauhan.
Seminar nasional ini fokus pada pengembangan entrepreneurship. Sehingga tema yang diangkat adalah xxxx. Pembicara yang tampil adalah Saptuari Suguharto, Hatta dan Dr. diana selaku
moderator.
Saya sengaja mendaftar seminar ini satu bulan sebelumnya, ketika harga tiket masih 55K. Walau seminar ini tergolong biaya tiketnya murah, tapi saya hanya punya anggaran untuk membeli satu tiket saja. Setelah berembug, nama saya yang digunakan untuk mendaftar namun istri yang ikut seminar. Hal ini harus saya lakukan mengingat harus ada yang "momong" si kecil.
Motivasi saya mengikutkan istri saya karena tertarik dengan kang Saptuari (selama ini saya dan istri hanya baca-baca bukunya dan melihat video anti ribanya, tapi belum pernah ikut seminarnya) dan ingin me-refresh pikiran istri. Cerita singkatnya saya sedang mencarikan hiburan positif bagi istri saya. Pikir saya daripada buat nonton di bioskop, ikut seminar malah dapat ilmu dan wawasan baru.
Selama istri mengikuti seminar, aku bersama Rafi berkeliling antara convention hall dan laboratorium agama Islam. Sampai akhirnya aku hampir kehabisan energi untuk momong. Aku naikkan saja Rafi ke mobil. Baru memaju mundurkan mobil, belum ada 10 menit Rafi tertidur di pangkuanku sekitar satu jam.
Salam Lunas
Tak berselang lama moderator terlihat keluar dari convention hall menuju parkiran. Disusul dengan istri saya. Istri saya keluar bersama dengan seorang laki-laki tinggi, besar, dengan warna kulit sawo matang. Mereka berjalan sambil berbicara dengan akrab sekali. Nama laki-laki ini adalah Saptuari Sugiharto, pembicara utama di seminar entrepreneurship ini.
Pria yang dulu pernah bekerja menjaga tas di Kopma UGM dengan bayaran 21rb/ minggu ini sedang berjalan menuju tempat parkir. Ternyata mobil Mitsubishi X-Pander berwana silver "anyir griss" ini adalah miliknya.
Sebelum Kang Saptu masuk mobil, kami sekeluarga berfoto dengannya. Posenya pun unik. Kami diminta membentuk huruf L dengan jempol da jari telunjuk. Awalnya kukira ini salam literasi. Ternyata namanya salam lunas. Hhhha, aku bilang tau aja mas saptu ini.
Sambil berfoto kami saling berkenalan. Ia tanya berapa umurku dan anakku. Mendoakan kami agar cicilan-cicilan hutang kami lunas. Yang membuatku berkesan adalah, kang Saptu ini bisa langsung akrab. Seolah kami ini teman lamanya. Senyumnya lebar tanpa beban. Tertawa lepas tanpa sungkan.
Semua ini pasti karena kang Saptu berhasil membebaskan dirinya dari jeratan hutang da riba. Hidupnya jadi "woles". Selalu optimis, selalu tersenyum sehingga mudah bergaul dengan siapa saja.
Ketika perjalan pulang. Aku bertanya kepada istriku, apakah ia yang memberitahukan kalau saya punya cicilan hutang yang banyak ke Kang Saptu. Ternyata tidak. Hahahaha, mungkin kang Saptu tahu banyak cicilan dari tampangku yang nampak emboh ini.
Fakta tentang Kang Saptu
- Pekerjaan pertamanya setelah ospek langsung kerja jaga tas di Kopma UGM dengan bayaran 21rb/minggu.
- Lulus dr UGM 100% biaya sendiri.
- Pernah menjadi buzzer positif dengan bayaran 21juta. Hanya bermodal jempol jadi duit.
- Alasannya menjadi entrepreneurship karena yakin
9 dari 10 pintu rezeki dari dunia perniagaan (sesuai hadist Nabi).
- Memiliki konsep berbisnis dengan sosial media yang membuat konsumennya sukarela berfoto dan menshare di sosial media tentang pengalaman positif memakai produknya.
- Hidup atas Cicilan itu ngenes.
- Kalau belum mampu beli, ya sabar!
UIN Sunan Kalijaga, 24 Februari 2018
Comments
Post a Comment