|
Pengumuman Kelulusan PPG Dalam Jabatan |
Ingatanku kembali ke peristiwa di suatu pagi. Ketika itu aku berangkat dari Purbalingga tepat setelah shalat jamaah subuh di Masjid Desa Mangkunegara. Tekadku sudah bulat. Aku harus berangkat ke Universitas Ahmad Dahlan (UAD). Dalam perjalanan naik motor seorang diri ini, sesekali berhenti mengkondisikan kaki dan tangan yang kaku menembus kabut di jalur tengah Jawa Tengah. Kabut di daerah Purbalingga, Banjarnegara, Wonosobo, dan Temanggung terbukti ampuh menembus tulang dan sendiku.
Perjalanan setelah mendampingi murid kemah selama tujuh hari ini dalam rangka menghadiri undangan pembekalan PPG Dalam Jabatan yang diselenggarakan di kampus 5. Kampus 10 lantai yang didatangi presiden RI setahun yang lalu ini cukup membuat penasaran sang presiden, "Muhammadiyah dapat uang sebanyak itu darimana?" Keheranan karena biaya pembangunan kampus ini tembus 300 miliar. Kehadiran ku kala itu di kampus ini menjadi titik awal perjalanan mengarungi dunia PPG moda daring.
Dari pertemuan itu ada sebuah pesan yang kuingat dari seorang dosen muda. Dosen ini pernah kulihat di ruang rektorat kampus 1 dulu. Saat itu ia sedang mengurus kenaikan jabatan fungsionalnya. Beliau waktu itu menyapaku ketika aku sedang menunggu bapak Dr. Muchlas Arkanuddin, Wakil Rektor 1 UAD. Kesan hangat sapaan itu masih terasa sampai kegiatan pembekalan ini. Pesan hangat beliau pada pembekalan ini dikatankannya dengan lembut, "Bapak-ibu, PPG Daring itu seni, jadi dinikmati saja".
Enam bulan berlalu setelah peristiwa itu. Kejadian-kejadian paska pembekalan memang ada unsur seninya. Ada keindahan yang membuat hati ini berdetak tak tentu. Seni dimana harus mengatur kondisi tubuh agar tetap fit menjalani hari walau setiap malam harus bertempur menyelesaikan tugas di keheningan malam. Ada seni mengatur waktu dimana waktu deadline tugas daring tidak bertubrukan dengan agenda sehari-hari. Pernah suatu ketika dimana waktu dua puluh empat jam terasa kurang. Ketika itu harus mengurus tugas rumah, persyarikatan, kemasyarakatan, tugas sekolah, dan lain sebagainya.
Belum lagi tantangan menghadapi sistem informasi yang digunakan untuk PPG moda daring. Sistem baru ini mengharuskan diri untuk membaca puluhan halaman di buku panduan moda daring. Berulang kali melihat tutorial di YouTube sampai harus bertanya kepada fasilitator. Bahkan demi kelancaran moda daring ini ada istri yang rela dikurangi uang belanjanya untuk dialihkan berlangganan jaringan internet. Dalam proses pemasangan pun ada berbagai lika-liku yang harus dilalui. Beberapa kali didatangi orang asing tidak dikenal mengaku-ngaku petugas dari penyedia jasa layanan internet dari BUMN.
Kini tak terasa, moda daring sudah usai. Tibalah saatnya Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi mengumumkan hasil PPG moda daring. Alhamdulillah, pengumuman hari ini (24/9/2018) menjadi obat dari pikiran, biaya, dan pengorbanan teman-teman dekat yang selama ini membersamai program PPG ini. Kampus UAD kini menanti para lulusan PPG moda daring menjadi mahasiswa program studi Pendidikan Profesi Guru (PPG). Dalm benakku, UAD bertransformasi layaknya kawah candradimuka pencetak guru profesional. Ada rasa syukur, senang sekaligus bangga karena sekali lagi akan mendaftarkan diri menjadi mahasiswa UAD. Balutan rindu terasa setiap kali mendengar kata UAD dan Jogja. Kerinduan dalam bentuk diskusi, angkringan dan buku. Akhirnya, kututup tulisan ini dengan sebuah penggalan lirik dari lagu soundtrack Muktamar Muhammadiyah tahun 2010, "Ke Jogja Kita Kembali".
|
Dosen PPG PGSD UAD |
Nb:
Terima kasih kami haturkan kepada Alfi Fadillah, istri yang selalu sabar dan mandiri; M. Rafi Addin, anak usia 19 bulan yang selama PPG Daring Alhamdulillah tidak sakit; Jalu, sahabat dari negeri Jiran yang memberiku petunjuk sehingga modul 1 profesional dapat terselesaikan tepat waktu; Mbak Uun, Mas Wildan, mbak Hanifah, mbak Maya dan mas Dhestanto yang banyak memberi arahan sehingga modul 2 PGSD terselesaikan dengan baik; dan tak lupa kepada Pak Dikdo, fasilitator PPG UAD yang telah membimbing selama 24 jam, semua pesan WA saya selalu dibalas walau pesan itu kukirim tepat setelah tengah malam. Terima kasih kepada semua pihak yang tak bisa disebutkan satu persatu.
Saya sebagai hamba yang tidak berdaya tidak mampu membalas kebaikan kawan-kawan sekalian. Oelh karena itu, ijinkanlah memanjatkan doa untuk kawan semua. Semoga Allah SWT memberikan balasan kebaikan dengan balasan kebaikan yang berlipat-lipat. Semoga kita semua dimudahkan dalam beribadah kepada Allah SWT, lancar jaya urusan dunia dan akhirat. Aamiin ya rabbal alamin.
Comments
Post a Comment