|
Guru harus berani turun di gelanggang perlombaan. (Foto: pexels). |
Akhirnya aku bertemu dengan Bu Eni Norhayati. Ibu Eni sapaan akrab beliau merupakan guru berprestasi dari SD Muhammadiyah Kadisoka. Kami saling bersalam-sapa pada hari kedua PPL tepat di depan kelas 6 tempat beliau mengajar. Pertemuan ini cukup emosional dan inspirasional. Maklum, "anak kemarin sore" seperti saya sangat menyukai cerita-cerita inspiratif dari para senior yang berprestasi.
Tak lama setelah bersalaman dengan bu Eny, Bapak Mustamin Amir, Kepala SDM Kadisoka melewati kelas 6. Beliau menyapa sembari menceritakan bahwa inilah bapak ibu guru PPL PPG Dalam Jabatan UAD yang mengirim salam untuk bu Eny. Memang saya sempat mengirim salam kepada bu eny ketika Bapak Mustamin Amir menjadi penilai peer teaching di Universitas Ahmad Dahlan.
Bu Eni sempat menceritakan sepak terjangnya di dunia perlombaan guru. Namun tahun ini beliau "off" dari kegiatan tingkat nasional. Dikarenakan putranya meminta sang ibu untuk mengurangi kegiatan luar. Bu Eny walau off dari kegiatan nasional namun tetap diundang oleh dinas pendidikan untuk membuat soal ujian nasional SD.
Bu Eni berencana untuk ikut perhelatan guru tingkat nasional tahun 2019. Bu Eni menganggap kegiatan ini selain sebagai pengembangan keprofesian berkelanjutan juga bermanfaat sebagai forum untuk me-refresh diri. Menyegarkan pikiran untuk terus berinovasi.
Ibu yang selalu bersemangat ini mengaku rindu dengan teman-temannya yang berasal dari berbagai daerah. Teman-teman sesama guru berprestasi biasa reuni di kegiatan-kegiatan Kemdikbud. Misalnya saja ketika Bu Eny menceritakan keakrabannya dengan guru prestatif dari Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah. Seringkali bersama di berbagai event sehingga guru dari jateng ini sering memanggil bekiau dengan sebutan "mbokdhe".
Setiap prestasi memberikan pengalaman yang berbeda. Tentu ada yang menyenangkan atau pun kurang menyenangkan. Beliau bercerita kalau tidak setiap perlombaan yang diikuti bisa menghasilkan nominasi juara. Misalnya ketika beliau mengikuti Inobel. Beliau tidak menjadi juara di Inobel karena baru saja memenangkan perlombaan guru berprestasi tingkat nasional. Saya menduga kalau hal tersebut menjadi salah satu alasan untuk "off" dulu dari kegiatan nasional.
Pertemuan inspiratif ini dapat dimaknai bahwa setiap guru harus memiliki mental juara. Guru harus mau terjun ke gelanggang perlombaan. Tidak hanya terjebak pada rutinitas mengajar, membuat administrasi, ataupun menyelesaikan berbagai tugas tambahan. Mental juara harus dimodali dengan niatan tulus nan kuat. Disiplin dan mau berjerih payah.
Kadisoka, 6 November 2018
Comments
Post a Comment