Stres harus dihadapi dengan bijak. Stres bisa diobati menggunakan obat-obatan kimiawi. Namun pengobatan stres paling baik berasal dari diri sendiri. Pengelolaan stres melalui manajemen persepsi menjadi salah satu metode pengobatan dari dalam diri.
Stres terbukti membahayakan kesehatan jiwa dan fisik. Jiwa yang terkena stres seringkali tidak tenang dan gundah gulana. Stres pun berakibat pada gangguan fisik, mulai dari meningkatnya detak jantung sampai kerusakan organ penting manusia.
Stres mempengaruhi keadaan fisik sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya ketika akan melakukan presentasi atau tampil di depan umum ada sebagian orang yang stres karena "nervous". Orang yang nervous (baca: tegang) seringkali ke toilet/ kamar kecil sebelum presentasi dilakukan.
Begitu pula dengan jumlah detak jantung. Detak jantunh orang yang terkena stres meningkat berkali lipat. Seringkali berdetak 90 kali per menit. Semakin lama stres, maka konsekuensi logisnya adalah jantung ini semakin keras dan berat dalam memompa darah. Pada level ini tergambar dengan jelas bagaimana stres memicu serangan jantung.
Stres biasanya dipicu dari sebuah situasi di luar kendali diri. Solusi cerdas menghadapi stres ada pada hal-hal yang berada di bawah kendali diri, salah satunya adalah persepsi. Stres bisa disikapi dengan pengelolaan persepsi. Persepsi dibentuk oleh pikiran kita. Oleh karenanya ketika stres menyerang, akal pikiran harus diaktifkan.
Lebih jelasnya ada pada contoh berikut. Misalnya ada orang terjebak pada antrian panjang ketika membeli pertalite di SPBU. Payahnya lagi dia tidak bisa berpaling dari SPBU ini karena bahan bakar yang ada di mobil yang ditumpanginya tidak mencukupi untuk berpindah ke SPBU lain. Akhirnya dia marah-marah dan ngomel karena antrian panjang itu.
Peristiwa di atas sebenarnya menawarkan opsi lain selain marah dan ngomel. Orang yang antri tersebut sebenarnya bisa mengembangkan persepsi baru terhadap antrian panjang itu. Dia sebenarnya bisa berpikir bahwa antrian panjang ini bisa membuatnya berlama-lama dengan istri yang ada di sampingnya. Atau bisa juga mengembangkan persepsi baru bahwa antrian panjang bisa ia gunakan untuk membaca buku yang ia sukai.
Pungkasnya stres dapat ditanggulangi dengan manajemen persepsi. Mengalihkan emosi negatif menuju kemungkinan baru. Kemungkinan baru ini selanjutnya menimbulkan persepsi baru yang positif. Emosi positif inilah yang meredam stres. Terciptalah kesehatan fisik dan mental yang sehat.
Terinspirasi setelah membaca buku filosofi teras.
#filosofiteras #stoisisme
Comments
Post a Comment