Podcast Deddy Corbuzier membuatku "mind blowing." Kesannya, pikiran ini terhentak aktif kembali. Apalagi tamu podcast Deddy kali ini adalah seorang Bossman Sontoloyo, siapa lagi kalau bukan Mardigu Wowiek. Ada sederet kalimat yang menjadi pernyataan yang cukup menggelitik dari milyader yang katanya Ali Babanya Indonesia ini.
"Si Sontoloyo" mengawali pernyataannya dengan konsep dasar dari setiap operasi intelijen ketika menilai sebuah peristiwa. Pertanyaan itu berupa "Siapa yang paling diuntungkan?" Inilah pertanyaan yang membuatku merenung sekaligus pertanyaan dalam hati. Mengapa harus ditanyakan terlebih dahulu tentang siapa yang sebenarnya paling diuntungkan?
Bossman pun menjawab pertanyaan itu dengan sendirinya. Singkatnya, ia bertanya sendiri dan menjawabnya sendiri. Ia menjawab, "yang paling diuntungkan adalah yang bermain." Maka jawaban ini bila dirangkai menjadi satu pernyataan maka menjadi seperti ini. Yang terlibat bermain adalah orang yang paling diuntungkan.
Lha, kini jelas. Orang yang bermain itu adalah pemain. Bagaimana bisa pemain menjadi yang paling diuntungkan? Mengapa bukan kita yang hanya menonton ini yang paling diuntungkan?
Ha, biar mudah, saya ibaratkan tentang siapa yang untung dan diuntungkan itu dengan permainan sepakbola. Secara garis besar, di dunia sepakbola, ada dua pihak yang terlibat. Kedua pihak itu ada yang berperan sebagai pemain dan penonton.
Dalam permainan sepak bola -pertandingan yang sedang berlangsung- memperlihatkan bahwa pemainlah yang mendapatkan segalanya. Bukan penonton. Ingin lebih jelas? Saya coba sederhanakan lagi. Siapa yang mengeluarkan uang ketika memasuki sebuah stadion sepak bola? penonton atau pemain?
Ya, jawabannya jelas lah, yang keluar "duit" tentu penonton. Penonton harus membayar tiket masuk. Berbeda dengan pemain sepak bola, ia tidak mengeluarkan dana untuk masuk ke stadion. Sang pemain malah dibayar untuk bermain sepak bola. Artinya, ia masuk ke stadion malah dibayar. Saya rasa sampai disini sudah jelas, pernyataan dari Bossman ada benarnya. Yang bermain adalah yang paling mendapat keuntungan.
Lho, bukannya pemain itu rugi ya kalau kalah bermain, jadi lebih baik penonton dong? Eh ingat, pemain bisa mendapat keuntungan saat ia menang atau kalah saat bermain. Ketika pemain itu menang, ia mendapat gelar dan seabrek apresiasi berupa kejayaan dan kekayaan.
Namun, kalau terpaksanya haru kalah, sebenarnya ia untung juga. Pemain yang kalah tetap mendapat keuntungan. Keuntungan itu berupa pembelajaran. Pemain yang kalah bisa belajar dari kekalahan untuk memperbaiki diri. Hingga di kemudian, hasil belajarnya ini membawanya pada penampilan yang lebih baik.
Bahkan ada aturan yang sudah seperti hukum alam. Bagi orang yang terlibat sebagai pemain, menang atau kalah itu hanya soal giliran. Nyatanya, pemain memang kadang menang, kadang juga kalah. Sesekali di bawah, sesekali di atas.
Namun, hukum itu tidak berlaku bagi penonton. Penonton selamanya hanya jadi penonton. Ia terus harus mengobarkan uangnya untuk membeli "tiket" agar bisa menonton. Jadi penonton kadang ruginya lebih banyak. Karena saking terbiusnya dengan yang ditonton, ia terbawa pada fanatisme buta.
Sekarang jelas kan, siapa yang paling diuntungkan? yang paling diuntungkan adalah yang ikut bermain. Bukan orang yang menonton. Mohon maaf, penonton itu terkadang terjebak pada perbuatan yang namanya "maido." Tidak melakukan apa-apa tapi sok tahu dan sok bisa atas kemampuan orang yang ditontonnya. Ini yang patut diwaspadasi sebagai netizen +62.
Pada akhirnya, sejarah hanya mencatat orang yang mau ikut bermain. Orang mau ikut bermain karena ia mau berkorban dan mengambil tanggung jawab untuk turun ke gelanggang perjuangan. Maka, beranikan diri untuk menjadi pemain dan mau turun ke gelanggang. Setidak-tidaknya kita sebagai individu mau turun menjadi pemain ke medan laga yang bernama kehidupan.
Comments
Post a Comment