Skip to main content

Featured Post

Profil Rahma Huda Putranto

Rahma Huda Putranto, S.Pd., M.Pd.  adalah Duta Baca Kabupaten Magelang yang   lahir di Magelang, pada tahun 1992, lulus dengan predikat cumlaude dari Jurusan S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Semarang tahun 2014. Pernah menempuh Program Magister Manajemen Pendidikan di Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Selain itu, gelar magister bidang pendidikannya juga diperoleh melalui Program Magister Manajemen Pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta. Penulis pernah bekerja sebagai guru di SD Muhammadiyah Borobudur. Kemudian mendapat penempatan di SDN Giripurno 2 Kecamatan Borobudur sebagai Pegawai Negeri Sipil. Terhitung mulai tanggal 1 Maret 2018 mendapat tugas baru di SD Negeri Borobudur 1. Alamat tempat tinggal penulis berada di dusun Jayan RT 02 RW 01, Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Selain itu, penulis dapat dihubungi melalui email r_huda_p@yahoo.co.id. Penulis pernah mengikuti program Latihan Mengaj...

Model Sinergi Pentahelix: Kerjasama Lima Kekuatan Besar

Model sinergi pentahelix menjadi hal baru yang perlu diperhatikan. Pentahelix berasal dari dua kata, yaitu penta dan helix. Penta artinya lima. Helix artinya jalinan. Secara singkat, model sinergi pentahelix merupakan bentuk kerjasama lima komponen kekuatan utama.

Lima komponen tersebut sering disingkat ABCGM. ABCGM merupakan huruf awal dari setiap komponen kekuatan. A berarti Academic (akademisi), B huruf awal dari kata bussinessman (pengusaha). C kependekan dari community (komunitas). Sedangkan G singkatan dari Government (pemerintah) dan M mewakili kata media.

Kelima komponen kekuatan bila saling bersinergi akan menghasilkan perubahan yang masif. Sinergi kelima komponen perlu dilakukan untuk saling menguatkan satu sama lain. Sementara itu, jika kelima kekuatan ini tidak disinergikan bisa saling merugikan satu sama lain.

Pertama, akademisi memiliki kekuatan dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Pengembangan ilmu pengetahuan dilakukan melalui aktivitas penelitian. Penelitian biasanya digunakan untuk menemukan sesuatu, memodifikasi yang sudah ada dan/atau membuktikan teori yang sudah diyakini kebenarannya. Sehingga akademisi berpeluang besar dalam memudahkan tantangan yang dihadapi manusia saat ini atau di saat yang akan datang.

Kedua, bisnisman atau pengusaha bergerak di bidang ekonomi. Sehingga mereka memiliki kekuatan modal yang besar. Modal ekonomi ini dapat diarahkan dalam bentuk dukungan finansial untuk kegiatan akademisi. Biasanya, pengusaha menghasilkan nilai tambah ekonomi dengan cara mememuhi kebutuhan manusia yang lain. Ada juga yang menghasilkan nilai tambah dengan memudahkan urusan orang banyak. Sehingga kekuatan modal yang dimiliki pengusaha ini harus diarahkan dan disinergikan dengan tepat. Bisa bersinergi dengan akademisi dalam pembiayaan penelitian atau dalam bentuk kegiatan lain pada komponen kekuatan lainnya.

Ketiga, community atau komunitas menjadi "pemilik" sumber daya manusia. Saya sebut pemilik dengan tanda kutip maksudnya komunitas sebagai wadah berkumpul. Manusia yang berkumpul dalam sebuah komunitas memiliki kekhasan. Kekhasan tersebut dapat berasal dari kesamaan keyakinan akan nilai-nilai tertentu. Komunitas pun melahirkan pihak-pihak yang menjadi panutan bagi anggota komunitas. Atas dasar inilah komunitas memiliki kekuatan untuk menggerakkan anggotanya. Yang secara kongkrit, komunitas ini di era sekarang disebut ormas, organisasi, dan lain sebagainya 

Keempat, pemerintah. Pemerintah memiliki "political power." Kekuatan politik yang berwujud pada kewenangan pemerintah dalam melahirkan kebijakan-kebijakan. Kebijakan ini lahir atas kewenangan yang dimilikinya. Kewenangan yang ada berdasarkan peraturan hukum yang berlaku. Maka tak salah bila peraturan pemerintah akan sangat efektif dalam upaya-upaya rekayasa sosial. Rekayasa sosial efektif dilakukan pemerintah karena legalitas untuk membuat sebuah kebijakan.

Terakhir, media. Media menjadi kekuatan besar dalam kehidupan manusia modern. Media menjadi pembentuk opini publik. Opini publik inilah yang menciptakan paradigma berpikir masyarakat. Media terbukti dapat "membesarkan" yang kecil. Bahkan bisa menjadikan seseorang sebagai "dewa" ataupun "setan." Inilah potensi besar media dalam membentuk bayang pemikiran dalam benak manusia.

Kelima komponen di atas harus terjalin sebuah sinergi. Lantas apa yang bisa menciptakan jalinan antar komponen kekuatan itu? Jalinan sinergi terwujud bila kelima komponen tersebut memiliki visi bersama. Kebersamaan yang dibalut dengan kesamaan visi inilah yang menjadi kekuatan besar.

Model sinergi pentahelix pernah digunakan untuk menghadapi wabah pandemi Covid-19. Ceritanya begini. Akademisi berusaha mempelajari virus dan membuat vaksin. Penelitian vaksin perlu ditopang oleh kekuatan modal. Seperti yang kita tahu, pemilik modal terbesar adalah para pengusaha. Melalui modal kelompok pengusaha inilah vaksin atau semua kebutuhan untuk melawan covid diproduksi.

Sedangkan komunitas dibutuhkan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat yang menjadi anggotanya. Pemerintah pun membuat kebijakan dan peraturan hukum lain untuk mengikat masyarakat. Tentu kebijakan dan peraturan ini dilandaskan pada penilitan yang dihasilkan oleh para akademisi.

Terakhir, sinergi kekuatan media dibutuhkan untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat tentang virus Corona. Media dapat membentuk opini masyarakat sesuai dengan teori yang diperoleh dari aktivitas para akademisi. Media berperan penting dalam melawan hoax-informasi palsu.

Inilah sinergi pentahelix. Dimana kelima kekuatan besar manusia harus terjalin dalam bingkai sinergisitas. Sekali lagi, syarat keterjalinan ini terletak pada visi bersama. Kekuatan akademisi, pengusaha, komunitas, pemerintah dan media harus memiliki visi yang sama. Kelima komponen ini juga yang memperbesar kemungkinan berhasil sebuah perubahan.

Comments

Baca Juga