Featured Post
- Get link
- X
- Other Apps
Ketika Siswa Siap, Guru Muncul
"Ketika siswa siap, guru muncul"Lao Tzu
Kutipan di atas sebelumnya berbahasa Inggris. Sengaja saya artikan ke Bahasa Indonesia. Di Internet terdapat dua versi sumber. Ada yang mengatakan kalau ini pepatah Budha. Sementara itu, ada yang menyebutnya berasal dari Lao Tzu.
Saya tidak ingin memperpanjang dari mana asal-usul kutipan ini sebenarnya. Walau sebenarnya kutipan ini dapat dimaknai dengan tepat bila diketahui asal-usulnya. Kita dapat memaknainya sesuai dengan konteks dimana kutipan ini muncul.
Hanya saja, saya tidak ingin menggunakan konteks masa lalu untuk kutipan ini. Saya mencoba untuk mengkontekstualisasikan ungkapan di atas sesuai dengan konteks yang sedang saya hadapi. Semoga pembaca mendapatkan pelajaran dari apa yang saya uraikan ini.
"Ketika siswa siap, guru muncul" tidak tepat kalau dimaknai dengan anggapan bahwa guru hanya mau muncul ketika siswa sudah siap. Maksudnya bukan seperti konteks di dalam ruang kelas. Bukan dimana siswa siap dengan duduk-diam, baru guru mau masuk ke kelas.
Anggapan guru baru masuk saat siswa sudah siap tidak pas apalagi kalau dihadapkan pada teori pendidikan. Guru tidak boleh "manja" dengan menunggu siswa. Sebab, guru memiliki kewajiban untuk mempersiapkan siswa. Guru mempersiapkan siswa secara fisik dan psikologis untuk menerima pembelajaran.
Fase mempersiapkan siswa oleh guru biasa disebut apersepsi. Apersepsi biasanya diisi dengan permainan, tanya-jawab, atau memperlihatkan sesuatu. Harapannya ada interaksi antara guru dan siswa disini. Apersepsi menjadi jembatan bagi guru untuk menyampaikan materi inti.
Ini gambaran kutipan "Ketika siswa siap, guru muncul" dari sudut pandang guru. Guru menjadi penanggung jawab dalam mempersiapkan siswa. Berbeda kalau ungkapan Lao Tzu ini dilihat dari sudut pandang siswa.
Sudut Pandang Siswa
Ungkapan "Ketika siswa siap, guru muncul" akan berbeda bila dilihat dari sudut pandang siswa. Apalagi bagi siswa yang memiliki kesadaran untuk mempersiapkan diri. Disini, siswa bertindak lebih proaktif.
Siswa mencoba untuk mempersiapkan apa-apa saja yang dibutuhkan untuk menerima ilmu. Siswa mempersiapkan fisik maupun psikologinya. Secara fisik, siswa akan mempersiapkan alat tulis, buku rujukan bahkan biaya akomodasi pendidikan.
Siswa secara psikologis mempersiapkan diri dengan membuka hati. Merendahkan diri. Sejenak melupakan apa-apa yang sudah ia ketahui sebelumnya. Ibarat kata, siswa secara psikologis berupaya untuk "mengosongkan" gelas dalam hati dan otaknya.
Hati dan pikirannya dikosongkan untuk mempersiapkan diri dalam menerima ilmu dari guru. Hati dan pikiran yang dikosongkan memang pas kalau diibaratkan dengan gelas. Gelas kemudian saya ibaratkan dengan wadah. Sedangkan isi dari wadah tersebut adalah ilmu.
Maka ungkapan Lao Tzu ini akan pas kalau dimaknai dari sudut pandang siswa. Siswa yang baik adalah siswa yang mempersiapkan wadahnya. Ketika wadah siap, ilmu akan datang untuk mengisinya. Pengisian ilmu ini dilakukan dengan bantuan guru.
Jadi pas sekali kalau "persiapan siswa" dilakukan oleh kedua belah pihak. Guru mempersiapkan "isi" berupa ilmu yang akan diberikan. Di sisi yang lain, ada siswa yang mempersiapkan diri sebagai "wadahnya."
Borobudur, 16 September 2021
- Get link
- X
- Other Apps
Comments
Post a Comment