Featured Post
- Get link
- X
- Other Apps
Mewaspadai Keinginan yang Salah
"Jangan menuntut peristiwa terjadi sesuai keinginanmu, tetapi justru inginkan agar hidup terjadi seperti apa adanya, dan jalanmu akan baik adanya." (Epictetus)
Ungkapan di atas menjadi jalan untuk keluar dari keinginan-keingan yang semakin hari semakin tidak terkendali. Bagaimana tidak, keinginan hari ini bisa muncul dari mana saja dan kapan saja. Tidak seperti dulu dimana keinginan hanya muncul di saat-saat tertentu saja.
Keinginan pada zaman dulu biasanya muncul dari tayangan iklan yang ada di tempat-tempat tertentu. Keinginan muncul setelah melihat iklan di koran atau media massa lainnya. Keinginan bisa juga muncul saat melihat papan iklan di perempatan jalan.
Berbeda dengan sekarang. Keinginan dapat muncul dimana saja kapan saja. Hal ini disebabkan karena adanya kemajuan teknologi yang bernama smartphone. Smartphone dapat memunculkan iklan dimana saja dan kapan saja.
Iklan dapat muncul melalui notifikasi di smartphone. Notifikasi pun bisa datang tiba-tiba begitu saja. Entah saat makan, berada di atas kendaraan atau bahkan saat penggunanya tertidur. Notifikasi ini yang biasanya memunculkan keinginan.
Keinginan pun kini tidak hanya muncul hanya dengan melihat iklan. Notifikasi yang berisi update teman di media sosial pun bisa meningkatkan hasrat keinginan. Keinginan semakin menjadi setelah melihat influencer hidup penuh dengan cahaya kegemerlapan, makan di tempat enak, berkunjung di tempat viral bahkan tingkah laku jahilnya ingin ditiru.
Keinginan harus Dikelola
Keinginan yang tidak dikelola akan merugikan diri sendiri. Diri ini harus pandai-pandai dalam mengelola keinginan. Keinginan yang tidak terkelola bisa saja mendorong kita pada hal-hal yang merugikan. Pengelolaan akan efektif jika kita mengetahui jenis-jenis keinginan.
Keinginan dapat dikelompokkan pada dua jenis apabila dilihat dari sudut pandang benar dan salah. Keinginan bisa juga bernilai kesalahan. Keinginan menjadi salah bila keinginan yang muncul tidak sesuai dengan kenyataan yang dihadapi.
Jelasnya, keinginan yang salah itu keinginan yang lepas dari dimensi ruang dan waktu. Terutama dimensi ruang dan waktu yang sedang dihadapi. Harus ada keselarasan dari apa yang diinginkan dengan apa yang sedang dihadapi.
Saya pernah punya pengalaman saat bangku sekolah dulu. Saya saat berada di dalam kelas merasa jenuh. Saya kemudian membayangkan enaknya liburan ke pantai. Lalu muncul keinginan pergi ke pantai. Menikmati angin sepoi-sepoi.
Cerita di atas menunjukkan kesalahan dalam membuat keinginan. Keinginan harus sesuai dengan ruang dan waktu yang sedang dihadapi. Bila sedang berada di ruang kelas maka keinginan yang terbaik adalah menimba ilmu sebanyak-banyaknya. Bukan malah ingin pergi ke pantai.
Sikap ini salah. Malah bisa dikatakan kalau ini menjadi contoh tindakan yang tidak bersyukur. Tidak bersyukur karena mengabaikan apa yang sedang dihadapi.
Jadi, untuk sementara tulisan ini saya akhiri sampai disini dulu. Baru selanjutnya akan coba saya uraikan keinginan lain yang lebih baik dan benar. Sebab, tidak semua keinginan bernilai tidak baik. Sejatinya, keinginan juga lah yang membuat peradaban manusia ini maju. Pada akhirnya, kita harus bisa menempatkan keinginan sesuai dengan konteks ruang dan waktu yang sedang dihadapi.
Borobudur, 2 September 2021
- Get link
- X
- Other Apps
Comments
Post a Comment