Featured Post
- Get link
- X
- Other Apps
Terjebak dalam Pikiran Lemah: Membicarakan Orang Lain
Strong minds discuss ideas, average minds discuss events, weak minds discuss people
Pikiran yang kuat membicarakan ide, pikiran yang biasa saja membicarakan kejadian, pikiran yang lemah membicarakan orang lain.
- Socrates
Kutipan dari Socrates menjadi pengingat bagi orang-orang yang hidup di era digital seperti saat ini. Ruang digital menjadi tantangan besar bagi manusia. Sebab manusia melalui ruang-ruang digital dapat membicarakan apa saja. Siapa saja dapat memposting pemikirannya. Siapa pun bisa mengomentari satu sama lain.
Manusia saat ini sering terjebak pada pikiran yang lemah. Saya meminjam istilah pikiran yang lemah dari Socrates. Socrates menjelaskan ciri pikiran yang lemah adalah membicaran orang lain.
Keterlibatan pada pembicaraan terhadap orang lain mudah terlihat di media sosial. Bagaimana ramainya akun-akun media sosial yang menyajikan gosip dari para selebritis, pejabat atau influencer. Lihat juga tayangan-tayangan video yang membicarakan tingkah laku ala "sultan".
Manusia menyukai tayangan yang berisi hal-hal yang menyangkut orang lain. Terutama pesohor kita. Mereka sibuk mengomentari ketika pesohor/public figure melakukan kesalahan. Sampai-sampai seringkali lupa kalau dirinya sendiri juga penuh dengan kesalahan.
Orang lain sebenarnya rugi kalau dijadikan pokok pembahasan. Saya katakan rugi karena pada dasarnya setiap manusia adalah dinamis. Dinamis dalam arti selalu berubah. Manusia berubah setiap saat. Baik berubah secara fisik, emosi, jiwa maupun tingkah laku.
Saya punya cerita yang menjadi bukti bahwa manusia adalah makhluk yang dinamis. Saya memiliki teman seorang "gus". Gus adalah sebutan di masyarakat Jawa bagi orang-orang yang lahir dari orang tua seorang Kyai. Gus satu ini masa mudanya nakal sekali. Semua kejahatan dan larangan pernah ia lakukan.
Namun kini, Gus ini sudah berubah. Ia tidak lagi terjebak pada kejahatan/larangan. Ia menjadi pribadi yang taat. Si Gus telah berubah. Berubah dari seorang yang nakal menjadi orang yang sangat-sangat baik.
Bayangkan, betapa ruginya kita kalau membicarakan "Gus" ini saat ia nakal. Betapa ruginya kita menghujatnya saat nakal. Padahal ternyata kini ia sudah tidak nakal lagi. Bahkan kebaikannya melebihi kebaikan yang dapat kita lakukan.
Berita-berita daring saat ini ternyata juga menyajikan berita yang "membicarakan" orang lain. Saya tidak menyalahkan redaksi berita daring. Redaksi berita daring hanya menyajikan berita apa yang menjadi kesukaan dari masyarakat.
Padahal, redaksi berita daring dapat lebih banyak menyajikan berita yang kaya ide. Tidak hanya terjebak pada ekspos satu/dua orang. Saya benar-benar mengelus dada ketika melihat sajian berita ketika Coki Pardede tertangkap polisi. Redaksi berita daring lebih memunculkan sisi kepribadian Coki Pardede yang seharusnya menjadi konsumsi pribadinya sendiri.
Redaksi berita sebenarnya lebih dapat mengangkat ide agar kejadian yang dialami Coki Pardede ini tidak dialami oleh orang lain. Bila redaksi berita online sudah tidak menyajikan pemberitaan tentang orang lain yang receh, berorientasi pada kehebohan dan hanya sekedar click bait, saya yakin, redaksi berita, influencer atau siapapun dapat berkontribusi dalam meningkatkan pikiran yang kuat pada masyarakat.
- Get link
- X
- Other Apps
Comments
Post a Comment