Featured Post
- Get link
- Other Apps
Cerita Gus Baha' Menuruti Keinginan Anak
Gus Baha' bercerita tentang orang tua yang curhat kalau anaknya sulit di atur. Cerita ini beliau sampaikan di acara Narasi TV. Beliau bercerita di hadapan Najwa Shihab, Quraish Shihab dan tiga orang cucunya.
Cerita Gus Baha' ini membahas tentang anak yang tidak "nurut" dengan orang tuanya. Orang tuanya bercerita kalau anaknya lebih senang bersama teman-temannya. Mereka berkumpul dan sering naik motor bersama. Orang tua mencoba untuk menasihati anaknya. Tapi sang anak lebih menurut dengan apa yang menjadi kehendak "geng motornya".
Gus Baha juga menceritakan kalau orang tua ini ternyata melarang si anak memiliki motor. Padahal si anak ingin sekali memiliki motor. Keinginannya memiliki motor, membuatnya sering berkumpul dengan teman-temannya yang memiliki motor.
Cerita orang tua ini disambut dengan pengalaman pribadi Gus Baha'. Gus Baha' juga memiliki anak. Si anak dulunya juga sering berkunjung ke tetangganya. Tujuannya ingin menonton TV. Maklum, di rumah tidak ada TV.
Maka Gus Baha' pun membelikan TV. Rumah Gus Baha' kini tersedia TV. Dimana TV ini membuat anak Gus Baha' tidak lagi menonton TV di rumah tetangga.
Gus Baha' memiliki argumentasinya terkait penyediaan TV di rumah. Keberadaan TV di rumah membuat Gus Baha' leluasa dalam mengawasi putra-putrinya. Ia tahu apa yang ditonton. Berbeda ketika masih "numpang" di rumah tetangga. Gus Baha' tidak tahu apa yang disaksikan oleh anak-anaknya.
Kembali ke cerita terkait masalah yang disampaikan oleh orang tua kepada Gus Baha'. Gus Baha' pun meminta si orang tua untuk membelikan motor anaknya. Tujuannya agar si anak tidak sering pergi bersama temannya yang memiliki motor.
Sebab, Gus Baha' sadar kalau si anak akan lebih tergantung kepada temannya. Entah teman yang memiliki motor atau TV itu. Si anak pasti akan lebih menuruti keinginan teman-temannya. Secara lebih ekstrem, saya berani mengatakan kalau si anak "berhutang" kepada tetangga atau teman yang memiliki motor dan TV. Maka, wajar saja jika si anak lebih mendengarkan kata-kata temannya daripada orang tuanya.
Untuk menetralisir situasi tersebut, orang tua ternyata perlu "menuruti" keinginan anak. Tentu dalam batas kewajaran. Batas kewajaran ini hanya bisa diukur oleh si orang tua. Batas kewajaran ini pun bisa ditegakkan ketika "hal yang diinginkan" anak berada di jangkauan orang tua.
Disini saya belajar, ternyata melarang-larang anak itu tidak selalu benar. Terkadang perlu menuruti apa keinginan anak. Harapannya, agar tercipta rasa ketergantungan anak dengan kita sebagai orang tua. Jangan sampai anak kita lebih "nurut" dengan orang lain. Hanya karena orang lain dapat "memenuhi" apa yang diinginkan si anak.
Borobudur, 19 Februari 2023
- Get link
- Other Apps
Comments
Post a Comment